Sekolah Dasar di Lembata, Nusa Tenggara Timur telah merasakan dampak positif dari penerapan Kurikulum Merdeka dan juga penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).
Sumber :
  • Istimewa

Menghadapi Keterbatasan, Sekolah di Lembata Sukses Terapkan Kurikulum Merdeka dan P5

Senin, 23 September 2024 - 09:24 WIB

tvOnenews.com - Sekolah Dasar di Lembata, Nusa Tenggara Timur telah merasakan dampak positif dari penerapan Kurikulum Merdeka dan juga penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5). 

Dalam proses pembelajarannya, sekolah di Lembata menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa, di mana guru didorong untuk lebih memahami, mengikuti, dan menyesuaikan metode ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 

Hasilnya pun luar biasa, meskipun sekolah-sekolah di Lembata dihadapkan pada berbagai keterbatasan, seperti akses teknologi dan sumber daya. 

Seperti di SD Inpres Waiwaru yang telah menjalankan Kurikulum Merdeka untuk tahun ketiga, meski sarana terbatas, sekolah ini berusaha memulai pembelajaran berbasis Teknologi Informasi (IT), dan merasakan betul perubahan positifnya.

"Dalam keterbatasan, kita harus mengikuti perubahan," kata Aloysius Geleuk selaku Kepala SD Inpres Waiwaru, seperti dikutip dari kanal YouTube BSKAP Kemendikbudristek.

Aloysius meyakini bahwa keterbatasan tidak boleh menjadi penghalang dalam mengikuti arus perubahan, termasuk dalam penerapan Kurikulum Merdeka.

Lebih lanjut, Aloysius mengungkapkan bahwa penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) juga telah membawa dampak positif, terutama dalam mengubah karakter siswa. 

“Siswa yang sebelumnya jauh dari harapan, kini sedikit demi sedikit mengalami perubahan positif,” ungkapnya. 

P5 tidak hanya berfokus pada kemampuan baca tulis, namun juga mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan praktis yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

SD Inpres Waiwaru memilih program bercocok tanam sebagai salah satu projek dalam penerapan P5. Gertrudis Hedwigia guru pendamping program P5 di SD Inpres Waiwaru mengungkapkan bahwa kurangnya konsumsi sayur di kalangan siswa menjadi alasan utama sekolah tersebut memilih program bercocok tanam. 

"Ketika sekolah mengadakan kegiatan dan menyediakan makanan, banyak siswa yang enggan memakan sayur. Untuk menjaga keseimbangan gizi mereka, sekolah memanfaatkan lahan yang tersedia untuk bercocok tanam," terangnya.

Program ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan gizi siswa, tetapi juga mengajarkan mereka keterampilan bertani yang dapat mereka manfaatkan di kemudian hari.

Gertrudis menyatakan, peran orang tua dalam mendukung penerapan P5 sangatlah penting. Ia menegaskan bahwa kerja sama antara guru dan orang tua adalah bagian yang integral dalam memajukan lembaga pendidikan dan perkembangan anak. 

"Dengan dukungan orang tua, penerapan P5 menjadi lebih efektif, membantu anak-anak untuk tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mandiri dan kreatif," ujarnya.

Kurikulum Merdeka juga menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode pembelajaran. Guru tidak hanya fokus pada pengajaran di dalam kelas, namun juga memanfaatkan aset-aset yang dimiliki sekolah untuk mendukung proses belajar. 

Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih bebas mengeksplorasi minat, bakat, dan kemampuan mereka, sementara guru juga lebih merdeka dalam menentukan materi dan metode ajar yang sesuai.

Sementara, sekolah dasar lainnya di Lembata yakni SDN Namaweka berhasil memaksimalkan potensi lokal dengan baik, meski berada di daerah dengan keterbatasan akses teknologi dan sumber daya ekonomi.

Rosa Dalima Siba, Kepala Sekolah SDN Namaweka menekankan bahwa dalam keterbatasan, tetap ada peluang untuk mengikuti perubahan dan berinovasi.

Menurut Rosa, penerapan P5 di SDN Namaweka tidak memerlukan biaya besar, karena sekolah menyesuaikan tema projek dengan kondisi lingkungan sekitar. Sumber daya alam yang melimpah di lingkungan sekolah dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung kegiatan P5, bahkan menciptakan tambahan pendapatan bagi sekolah.

"Sumber daya alam yang ada di lingkungan sekolah itu banyak manfaatnya untuk pengembangan P5," tutur Rosa.

SDN Namaweka yang memiliki keterbatasan akses teknologi, sumber daya, dan juga peluang ekonomi yang tak sebesar daerah lain, tapi masih tetap bisa memaksimalkan dan memanfaatkan potensi lokal hingga menciptakan kemandirian ekonomi. 

"Sumber daya utama yang perlu disiapkan untuk melakukan kegiatan P5 adalah sumber daya manusia. Memahami dulu apa itu P5 setelah itu ditularkan kepada siswa, kepada orang tua murid setelah itu baru memanfaatkan sumber daya alam," terang Rosa.

Melalui penerapan Kurikulum Merdeka dan P5, diharapkan bisa mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam prestasi akademik, tetapi juga memiliki keterampilan praktis, kreatif, mandiri, serta siap menghadapi tantangan di masa depan.(chm)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
06:18
13:38
09:55
01:08
01:39
01:59
Viral