- Istimewa
Ini yang Mesti Dikuasai Agar Gen-Z Berkarakter Sopan dan Berbudaya di Ruang Digital
tvOnenews.com - Ruang digital kini makin berisik. Warganet penghuninya makin padat dan lintas usia. Bahkan, jumlah koneksinya melebihi populasi penduduk. Data Hootsuite (We Are Social) menyebut, pada awal Januari 2024, tercatat sebanyak 353,3 juta koneksi seluler aktif di Indonesia. Angka tersebut setara dengan 126,8 persen total penduduk. Jelas, ini memunculkan tantangan budaya baru di ruang digital.
”Terlebih di kalangan Gen-Z (generasi kelahiran 1995 - 2010) yang sangat zoomer, sangat intens dengan internet. Perilaku mereka perlu sekali ditopang dengan pendidikan karakter,” ujar praktisi komunikasi Andi Widya Syadzwina, dalam webinar literasi digital yang digelar untuk segmen pendidikan di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Kamis (28/3).
Mengusung tema ”Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital”, webinar yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat ini diikuti oleh ratusan siswa sekolah dasar dan menengah – yang didampingi para guru – dengan menggelar nonton bareng (nobar) di sejumlah sekolah di Majene.
Sekolah yang menyelenggarakan nobar di ruang-ruang kelas itu, di antaranya SDN 7 Binunga, SDN 8 Buttu Samang, SDN 18 Bababulo, SMPN 2, SMPN 3 dan 4 Majene, SMPN 1 Sendana serta SMPN 4 Pamboang.
Andi Widya Syadzwina menambahkan, siswa sekolah mesti paham, mereka kadang berkomentar kasar dan kurang sopan di media sosial. Sampai-sampai, hasil survei Microsoft pernah menunjuk warganet Indonesia sebagai warganet paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
”Ini mesti dipulihkan dengan pendidikan karakter. Basisnya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, agar mereka makin cinta budaya bangsa. Bukan cuma lebih bijak menonton banjir konten, tapi menjadi pelaku. Membuat konten yang berbudaya dan berbasis nilai dan toleransi. Sehingga, mereka tumbuh sebagai pribadi berkarakter di dunia digital maupun nyata,” kata Andi Widya.
Dari sudut pandang lain, Kepala Seksi Penilaian Kurikulum dan Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Disdik Kabupaten Majene Sarmin mengingatkan sejumlah hal yang mesti dihindari Gen-Z saat mengakses ruang digital.
Antara lain, hindari sembarang komentar, apalagi memakai kata kasar. ”Ingat, yang dihadapi di ruang digital adalah manusia juga, bukan hanya barisan huruf atau angka. Artinya, ada etika dan kesopanan,” papar Sarmin.
Kepatuhan pada etika di ruang digital penting, lanjut Sarmin, karena kalau sampai pihak yang diumpat di media sosial tak terima, bisa memunculkan pidana ujaran kebencian. ”Dan, pidananya akan diterima di dunia nyata, seperti diatur di UU ITE. Jadi, kendalikan dan kontrol emosi saat bermedsos,” ujar Sarmin dalam webinar yang dipandu moderator Iman Darmawan.
Sementara itu, Mom Influencer Ana Livian mengatakan, guru dan orangtua mesti terlibat untuk memastikan informasi yang siswa dapat berasal dari sumber terpercaya dan kredibel. Pastikan juga dengan memeriksa ulang informasi melalui sumber lain untuk mendapatkan validasi.
”Gen-Z itu sangat open minded, terbuka terhadap masukan orang lain asalkan masuk akal. Pesan untuk Gen-Z: jangan sembarang akses link yang terkadang viral, ternyata jebakan penjahat digital. Perkuat password akun pribadi, dan ganti password secara periodik agar penjahat digital diperketat serangannya,” pungkas Ana Livian.
Untuk diketahui, gelaran webinar di Majene ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Kemenkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.(chm)