- Istimewa
Memilukan! BNPT sebut 145 Anak Indonesia Mendekam di Dua Kamp, Ternyata untuk Ini
Jakarta, tvOnenews.com - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebutkan, saat ini terdapat 145 anak Indonesia menghuni Al-Haul dan Roj, dua kamp untuk keluarga anggota ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah).
Bahkan, saat ini terdapat 58 ribu orang keluarga dari anggota ISIS menghuni kamp Al-Haul dan 2.620 orang di kamp Roj. Di kedua kamp itulah terdapat perempuan dan anak-anak warga Indonesia.
"Satuan Tugas Penanggulangan FTF (Foreign Terorist Fighter) sudah memvalidasi bahwa terdapat 145 anak Indonesia menghuni kamp di Suriah," kata Kepala Seksi Analisis di Direktorat Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Leebarty Taskarina.
Leebarty katakan, pemaparan dari Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Ibnu Suhaendra, menambahkan mereka terdiri dari 69 anak lelaki dan 76 anak perempuan.
Sesuai hasil rapat terbatas dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, yang akan direpatriasi adalah anak yatim piatu dan berusia maksimum 10 tahun untuk meminimalkan tingkat radikalisasi mereka.
Dari 145 anak Indonesia di kamp Al-Haul dan Roj itu, 18 anak lelaki dan 13 anak perempuan berumur 10 tahun.
Bahkan kata Leebarty, di tingkat global isunya berubah dari tadinya para penghuni kedua kamp itu merupakan potensi ancaman menjadi isu kemanusiaan, di mana ketersediaan air bersih kurang, kurangnya sarana edukasi, perempuan dipaksa menikah di usia belia, dan justeru meningkatnya perekrutan radikalisasi di dalam kamp.
Beberapa negara sudah memulangkan warganya yang menjadi penghuni kamp Al-Haul dan Roj, antara lain Jerman, Denmark, Belanda, Spanyol, Prancis, dan Kanada.
Disebutkannya Malaysia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara sudah merepatriasi 16 warganya dari kedua kamp itu.
AANES (Otoritas Otonomi di Utara dan Timur Suriah) menyatakan 34 negara telah merepatriasi warga mereka dari kamp di Suriah. AANES juga sudah mendesak pemerintah yang warga negaranya menjadi penghuni di kamp Al-Haul dan Roj untuk dipulangkan.
Sejak Februari 2021, para pakar hak asasi manusia (HAM) di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak pemerintah dari berbagai negara untuk memulangkan perempuan dan anak-anak ada di kedua kamp itu karena kondisi dan situasi di sana sangat memprihatinkan.
Lanjut Leebarty katakan, BNPT sedang mempelajari pengalaman dari tiga negara sudah memulangkan warganya dari kamp pengungsi di Suriah. Swedia dua tahun lalu merepatriasi warganya tapi negara belum siap.
Anak-anak diadopsi oleh keluarga angkat belum siap bertransisi dari negara konflik ke negara asal mereka yang damai. Anak-anak dari kamp di Suriah ini mengalami gangguan kejiwaan, bisa diam berminggu-minggu.
Uzbekistan sudah memulangkan anak-anak dari Suriah dan ditempatkan di panti asuhan. Ternyata anak-anak itu melampiaskan stres mereka dengan berkata dan bertindak kasar.
Kemudian Jerman juga sudah merepatriasi warganya dari Suriah dan menggunakan metode kakek dan nenek anak-anak itu menjadi orang tua angkat. Mereka sudah mendapat penyuluhan psikologi sosial sehingga siap mendidik cucu-cucu mereka baru pulang dari negara konflik.
Dari 145 anak Indnesia di kamp pengungsi di Suriah, yang berusia sepuluh tahun adalah 18 anak lelaki dan 13 anak perempuan. Leebarty bekum bisa memastikan apakah pemerintah akan tetap patuh pada dua syarat yang disepakati tersebut.
Selain itu Leebarty akui Indonesia menjadi tertekan karena sudah 34 negara merepatriasi warganya dari kamp Al-Haul dan Roj. Persoalannya, apa infrastruktur pemerintah sudah betul-betul siap.
"Apakah betul-betul kita didukung dan memiliki sumber daya manusia bukan secara jumlah, tapi memiliki kompetensi dan kapabilitas mumpuni tentang perlindungan dan penanganan anak," katanya.
Bahkan dia menjelaskan, BNPT sedang berkoordinasi untuk mengindentifikasi dan memverifikasi betul-betul data warga Indonesia menghuni kamp Al-Haul dan Roj.
Dia mencontohkan proses verifikasi sangat sulit untuk nama orang Indonesia Muhammad dengan dua huruf M atau Annisa dengan dua huruf N atau dua huruf S. Belum lagi banyak nama mirip dan tanggal lahirnya sama.
Tantangan lainnya adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat. Anak-anak dari kedua kamp itu adalah anak Indonesia harus mendapatkan perlindungan dari negara. (aag)