Jakarta - Kalau saja kehidupan berpolitik di Kuba tidak berubah, mungkin David Morrell, belum menjadi juara dunia kelas (interim/sementara) Super Middleweight versi WBA. Usianya masih sangat muda, 23 tahun. Juara dunia sesungguhnya yang juga merupakan juara dunia sejati di kelas itu adalah Saul Canelo Alvarez.
Dulu, di usia seperti Morrel, pasti masih bergelut di lingkup amatir. Sekali lagi, jika perubahan bersikap dan berpolitik di negeri komunis yang dikuasai rezim Fidel Castro itu tak terjadi, maka kita pasti masih melihat Morrell di ring Olimpiade. Bahkan ada keyakinan Morrell bisa menyumbangkan medali emas untuk Kuba.
Pertengahan tahun 2000an, kebijakan Kuba mulai melunak. Raul Castro, adik Fidel memberi lampu hijau atlet boleh ke arah non-amatir. Artinya, seorang atlet boleh menerima bayaran dari hasil kerjanya di dunia olahraga, tapi belum boleh menyatakan diri sebagai profesional. Itu pun sang atlet sudah berumur di atas 35 tahun. Sebelumnya, Kuba sama seperti negara-negara komunis lainnya, melarang non-amatir. Seorang atlet sejak awal hingga pensiun, murni amatir. Mereka dilarang berjuang kecuali untuk negara.
Tak heran, Teofilo Stevenson, peraig tiga medali emas Olimpiade berturut-turut 1972 (Munich), 1976 (Montreal), 1980 (Moscow), dan Felix Savon 1992 (Bercelona), 1996 (Atlanta), serta 2000 (Sydney), berhenti sampai di situ. Padahal keduanya diyakini mampu menjadi juara dunia kelas berat di ring profesional. Atau terpaksa harus kabur seperti yang dilakukan salah satu peraih medali emas kelas terbang Olimpiade Athena (2004), Yuriorkis Gamboa.
Gamboa sempat sukses di ring profesional. Ia meraih gelar juara dunia kelas bulu 2009. Gamboa marah saat kesempatannya menantang Super Champion Chrisjon tak pernah kesampaian. Maka gelar interim yang disandangnya dicampakkan. Gamboa naik kelas dan kembali menjadi juara dunia. Tidak tanggung-tanggung di dua kelas berbeda: Super Feathrrweight dan Lightweight 2012 hingga 2013. Gamboa bisa sukses di ring pro karena kualitas para petinju Kuba memang luar biasa.
Profesional
Setelah terjadi pergantian dari Raul Castro ke Miguel Diaz-Canel, napas segar sungguh-sungguh bisa dihirup oleh para atlet. Diawali dari basket, voli, dan baseball, tinju mengikutinya. David Morrell yang lahir di Santa Clara, Cuba, 18 Januari 1998, bisa tetap menggunakan nama negara asal dan bendera Kuba. Artinya Morrell tidak harus mengganti kewarganegaraannya. Tidak seperti para seniornya yang harus kabur dan terpaksa mengganti warga negara.
Untuk tampil di profesional dan langsung masuk dalam orbit elit, modal petinju yang memiliki nama lengkap Osvary David Morrell Gueterez Jr, lumayan komplit di amatir. Tiga tahun sebelum debutnya di pro, Morrell menyabet gelar juara dunia amatir di kelompok junior. Setahun setelah itu, ia menyabet gelar petinju terbaik Kuba dan Kejuaraan amatir dunia di India.
Sejak usia 13 tahun Morrell sudah merebut gelar juara nasional, 2012. Dua tahun setelah itu, ia juata di under 16, lalu mengukuhkan diri tak terkalahkan di usia 16-17. Masuk ke senior, 2017, Morrell makin mantab. Sebanyak 130 kali tampil di ring amatir dan hanya dua kali kalah, ada rekor yang sangat luar biasa.
Juara Dunia
Langkah Morrell makin moncer saat bertemu dengan seorang Tom Brown. Ya, TGB, kini bukan hanya dikenal sebagai promotor kelas satu, Tom Brown tetap tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai macht maker. Sebagai pencari dan pengatur pertarungan, Tom Brown makin komplit. Tak heran jika ia akhirnya mampu menemukan Morrell.
Jika pekan silam saya menyebut Vasil Lomachenko adalah petinju paling beruntung, saat ini saya ingin menyebut David Morrell juga demikian. Bayangkan di laganya yang ke-3 di ring profesional, Morrell sudah tampil di laga perebutan gelar juara dunia interim Super Middleweight WBA yang lowong.
Lennox Allen dari Guyana yang sesungguhnya ada dalam daftar ranking. Tapi Tom Brown mampu membawa Morrell dan menang. Laga yang meroketkan nama Morrell itu dipentaskan di Microsoft Theater, Los Angeles (8/8/2020).
Tom Brown makin terlena setelah dua laga berturut-turut menang KO, ronde 3 dan 1 atas Mike Garvonski dari USA (26/13/2020), serta Mario Abel Cazares asal Meksiko (27/6/2021).
Laganya melawan Alantez Fox (18/12/2021) di Minneapolis Armoy, Minnesota, USA, adalah upayanya yang kedua untuk mempertahankan gelarnya. Jika sukses, Tom Brown sudah melirik-lirik untuk kemungkinan mempertemukannya dengan juara kelas menengah super sejati, Canelo Alvarez.
Untuk itu, jangan lewatkan tayangan langsung dan eksklusif hanya di tvOne, Ahad (29/12) mulai jam 09.00 WIB. TvOne memang satu-satunya stasiun tv yang paling komit dengan pagelaran tinju dunia....
Load more