Bukan Valentino Rossi yang Jadi Legenda MotoGp, The Doctor Cuma Pewaris yang Tak Pernah Melampaui...
- Twitter @YamahaMotoGP
tvOnenews.com - Selama ini banyak penggemar MotoGP menganggap Valentino Rossi sebagai sosok paling legendaris dalam dunia balap motor. Kariernya yang panjang, prestasi yang stabil, serta kharisma yang tak tertandingi membuat Rossi seperti tak punya lawan dalam urusan popularitas.
Namun jauh sebelum The Doctor menjadi ikon global, ada satu nama yang lebih dulu menguasai lintasan dan sampai hari ini masih memegang rekor yang bahkan Rossi pun belum mampu melampauinya. Dialah Giacomo Agostini, pembalap Italia yang dijuluki Raja Grand Prix dan menjadi fondasi kejayaan MotoGP modern.
Sedikit yang menyadari bahwa ketenaran Rossi sesungguhnya berdiri di atas warisan besar yang diciptakan Agostini. Dalam era yang jauh lebih berbahaya, tanpa teknologi keselamatan mutakhir, dan di lintasan jalan raya yang mengancam nyawa setiap putaran, Agostini mengukir dominasi yang sulit dipercaya.
Jika Rossi adalah maestro era modern, Agostini adalah arsitek sejarah; pembalap yang tak sekadar menang, tetapi mendikte arah perkembangan olahraga balap motor.
Giacomo Agostini: Raja Grand Prix yang Tak Terbantahkan
Melansir dari laman resmi MotoGP, “fakta adalah fakta. Manipulasilah fakta sebanyak yang Anda suka, tetapi pada akhirnya jawaban tetap sama: Giacomo Agostini adalah pembalap terhebat sepanjang masa dan Raja olahraga ini.”
- MotoGp
Pernyataan itu bukan sekadar retorika, melainkan cerminan prestasi luar biasa yang ia torehkan. Dengan total 15 gelar juara dunia dan 122 kemenangan Grand Prix, Agostini masih menduduki puncak rekor MotoGP sepanjang 75 tahun sejarahnya.
Agostini memulai perjalanan bersama MV Agusta, dan pada Kejuaraan Dunia 500cc 1965 ia langsung menunjukkan potensinya dengan finis sebagai runner-up di belakang rekan setimnya, Mike Hailwood.
Setelah Hailwood pindah ke Honda, Agostini menjadi ujung tombak MV Agusta dan memulai rivalitas epik yang dikenang sebagai salah satu duel terbaik dalam sejarah balap motor. Pada 1966 dan 1967, Agostini mempertahankan gelar 500cc usai serangkaian pertarungan intens melawan Honda dan Hailwood.
Ketika Honda mundur dari persaingan pada 1968, Agostini mencatatkan dominasi yang belum pernah terjadi lagi.
Dari musim 1968 sampai 1970, ia mengikuti 54 Grand Prix di kelas 350cc dan 500cc, dan memenangkan semuanya. Ia bahkan mencetak rekor 20 kemenangan beruntun di kelas 500cc, sebuah prestasi yang belum dapat dipecahkan hingga kini.
Dominasinya di sirkuit-sirkuit berbahaya seperti Isle of Man, Nürburgring, Reika, dan Imatra semakin memperkokoh statusnya sebagai pembalap yang tak gentar risiko.
Pada 1974, Agostini membuat keputusan besar dengan pindah ke Yamaha demi menghadapi era baru motor dua tak.
- MV Agusta
Keputusannya kembali terbayar manis. Ia menjadi juara dunia 350cc dua tak pertama, dan pada 1975 menjadi pembalap pertama yang menjuarai kelas 500cc dengan motor dua tak.
Sampai hari ini, Agostini masih menjadi satu-satunya pembalap yang menjuarai kelas 350cc dan 500cc menggunakan motor dua tak dan empat tak.
Dengan karier yang penuh gebrakan dan dominasinya yang nyaris absolut, Agostini meninggalkan panggung balap sebagai sosok yang tak tersentuh rekor maupun pengaruhnya.
Valentino Rossi: Maestro Modern yang Membawa MotoGP ke Era Global
Sementara itu, Valentino Rossi menutup kariernya sebagai salah satu pembalap paling berpengaruh dalam sejarah MotoGP.
Menurut data resmi MotoGP dan Crash.net, Rossi mengoleksi 9 gelar juara dunia, dengan 7 di antaranya berasal dari kelas premier. Ia tampil dalam 431 balapan, menang 115 kali, 235 kali naik podium, serta mencatat 65 pole position dan 96 fastest lap.
- ANTARA/AFP/Gabriel Bouys
Rossi juga menjadi satu-satunya pembalap yang berhasil memenangkan balapan dengan empat konfigurasi mesin berbeda: 500cc dua tak, 990cc empat tak, 800cc empat tak, dan 1000cc empat tak.
Tak hanya itu, ia pernah menang di 29 sirkuit berbeda, rekor terbanyak dalam sejarah Grand Prix.
Dengan rentang kemenangan 20 tahun lebih, Rossi menjadi contoh ketangguhan dan konsistensi di tengah persaingan sengit era modern yang dihiasi pembalap-pembalap hebat seperti Casey Stoner, Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, hingga Marc Márquez.
Rossi memang unggul dalam aspek karier panjang, popularitas global, serta kemampuan beradaptasi pada berbagai perubahan regulasi dan teknologi.
Namun jika bicara soal angka mutlak, gelar juara dunia dan jumlah kemenangan, Rossi masih berada di bawah Agostini. Dengan 9 gelar vs 15 gelar dan 115 kemenangan vs 122 kemenangan, Rossi belum berhasil menggeser sang legenda dari posisi teratas dalam buku sejarah MotoGP.
Dua Ikon, Dua Era Berbeda
Agostini dan Rossi mewakili dua era yang berbeda. Agostini adalah raja dari masa ketika balapan adalah pertarungan kecepatan dan nyali di lintasan yang ekstrem.
Sementara Rossi adalah fenomena global yang memadukan talenta, strategi, karisma, dan pasar komersial. Meski sama-sama legenda, hanya satu yang tetap berada di puncak tanpa tersentuh hingga hari ini.
Seperti tertulis di laman MotoGP, “fakta adalah fakta”, dan faktanya, Giacomo Agostini masih menjadi pembalap terhebat sepanjang masa. (udn)
Load more