tvOnenews, Religi - Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah salah satu dari khulafaur rasyidin yang memimpin umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Ali adalah khalifah keempat yang pernah berkuasa dan termasuk golongan pertama yang memeluk Islam.
Nabi Muhammad juga sangat menyayangi Ali, bahkan ia menjadi menantu Rasulullah SAW setelah menikahi Fatimah. Sayyidina Ali terkenal dengan kecerdasannya yang luar biasa dan kepiawaiannya dalam berilmu.
Freepik/jcomp
Dilansir dari laman VIVA.co.id berikut 7 rahasia kecerdasan Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda "Aku adalah Pintunya ilmu, dan Ali adalah kuncinya" yang menandakan bahwa Ali adalah sosok yang memiliki kecerdasan yang hebat.
Ali merupakan sepupu Nabi dan sejak berusia 6 tahun telah hidup satu atap bersama Rasulullah SAW. Sejak usia dini, Ali telah mendapat pengasuhan dan pendidikan langsung dari Nabi Muhammad.
Tak hanya itu, dengan hidup bersama Nabi Muhammad SAW, Ali mendapat keistimewaan untuk dapat mengamati dan mempelajari apa saja yang berkaitan dengan Rasulullah SAW beserta keluarganya, baik yang berhubungan dengan tingkah laku maupun ucapan.
"Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” adalah salah satu perkataan Sayyidina Ali yang terkenal. Kalimat tersebut sangat terbukti kebenarannya.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Ali menuliskan kembali Al Quran hingga ia tidak keluar dari rumah untuk waktu yang lama, ia hanya keluar untuk sholat berjamaah.
Sayyidina Ali mengumpulkan ayat-ayat Al Quran sesuai dengan urutannya ketika diturunkan.
Dicatatnya juga mengenai jenis ayat yang memiliki pengertian umum dan khusus, yang mutlak dan yang muqayyad, yang muhkam dan yang mutasyabih, yang nasikh dan yang mansukh, yang azimah (ketentuan tugas untuk dilaksanakan) dan yang termasuk rukhshah (kelonggaran untuk memudahkan).
Merangkai kata kata dengan indah merupakan salah satu cara menstimulasi otak agar cerdas. Telah dikatakan bahwa Sayyidina Ali belajar mengenai Al Quran dan hadist. Tentu saja, Alquran dan hadist mengandung susunan kata kata indah.
Jadi, kecerdasan Ali dalam merangkai kata-kata indah tidak lepas dari apa yang sering ia baca dan pelajari.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa seseorang yang mengetahui kemampuan atas dirinya dan cukuplah seseorang dikatakan bodoh jika ia tidak mengetahui kemampuan dirinya.
Dari pernyataan tersebut, mengetahui kemampuan diri sendiri adalah ciri orang yang berilmu. Tentunya, dengan mengetahui kemampuan diri, seseorang dapat mengukur sejauh mana kemampuannya dan terdorong untuk terus meningkatkan kecerdasannya, sehingga tidak akan pernah berhenti belajar.
Rahasia kecerdasan Ali bin Abi Thalib yang ketiga adalah berguru pada ahlinya atau belajar kepada ahlinya. Telah dikatakan bahwa sejak kecil, Ali berada dalam asuhan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad merupakan manusia yang tiada tandingannya. Sehingga, tak heran, jika Michael Hart, penulis buku terkenal “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah”, meletakkan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh pertama yang meraih kesuksesan luar biasa, baik di bidang agama maupun lingkup dunia.
Rahasia kecerdasan Ali bin Abi Thalib yang keenam adalah menanamkan kesungguhan ketika belajar atau selalu belajar dengan bersungguh-sungguh.
Kesungguhan dalam belajar telah menjadikan Ali dengan limpahan kecerdasan yang luar biasa. Contoh kesungguhan Ali bin Abi Thalib dalam belajar terlihat dengan nyata saat berada di bawah asuhan Rasulullah SAW.
Ia sering mengamati apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW dan kemudian memikirkannya dengan sungguh-sungguh.
Dari kesungguhannya dalam belajar kepada Nabi Muhammad SAW, sejak kecil, tidak pernah sedikit pun ia mengikuti tingkah laku kaum Jahiliah pada zaman dahulu, yang tentunya berada di sekelilingnya.
Rahasia kecerdasan Ali yang terakhir adalah, ia selalu mengamalkan ilmu yang ia miliki. Ali pernah berkata "Seseorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya, sama saja dengan orang yang tidak memiliki ilmu" Bahkan, ilmu tersebut akan menjadi beban bagi orang yang tidak mengamalkannya.
Selain itu, menurut Ali bin Abi Thalib, ilmu yang tidak diamalkan cenderung akan meninggalkan pemiliknya. Kalau harta tidak bermanfaat mungkin tidak akan lari dari pemiliknya.
Tetapi kalau ilmu yang tidak diamalkan, ia akan lari dari pemiliknya. Ali ra berkata, “Ilmu berhubungan dengan amal, ilmu memanggil amal Jika ia (amal) menyambut panggilannya..; bila tidak menyambutnya, ia akan berpindah darinya.” (viva/Mzn)
Load more