Wahai Para Jomblo, Segeralah Menikah Ketika Kamu dalam Kondisi Seperti Ini
- iStockPhoto/Nanang Solahudin
tvOnenews - Para ulama telah berijma’ (bersepakat) bahwa menikah merupakan hal yang disyariatkan. Menikah juga disebut akan menyempurnakan separuh agama, sejalan dengan hadis dari Anas bin Malik RA Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika seseorang telah menikah, berarti ia telah menyempurnakan separuh agama. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuh sisanya.”
Tak hanya disyariatkan, dalam kondisi tertentu, menikah justru wajib dilaksanakan. Dirangkum dari buku “Fiqhul Islam Wa Adillatuhu - jilid 9” karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, berikut kondisi yang menyebabkan hukum pernikahan menjadi wajib
Wajib hukumnya menikah jika…
iStockPhoto/imagesource
Hukum pernikahan, disyariatkan dengan dalil dari Al-Qur'an, sunnah, dan ijma'. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman yang artinya,
"Dan kawinkanIah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan." (Q.S An Nuur:32)
Sedangkan di dalam sunnah, Nabi saw. bersabda,
"Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah mampu kebutuhan pernikahan maka menikahlah. Karena menikah itu dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga alat vital. Barangsiapa yang belum mampu menikah maka hendaknya dia berpuasa, karena itu merupakan obat baginya.” (HR Bukhari-Muslim)
Sejalan dengan itu, para ulama juga telah bersepakat bahwa pernikahan merupakan hal yang disyariatkan.
Menurut kebanyakan para ulama fiqih, hukum pernikahan adalah wajib, jika seseorang yakin akan jatuh ke dalam perzinahan seandainya tidak menikah. Kondisi dimana seseorang sulit menahan hawa nafsunya, maka pernikahan merupakan sesuatu yang wajib.
Namun dengan catatan, ia mampu untuk memberikan nafkah kepada istrinya berupa mahar dan nafkah batin serta hak-hak pernikahan lainnya.
Mengutip pernyataan Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, jika berada dalam dua kondisi di atas, kemudian ia juga tidak mampu menjaga dirinya untuk terjatuh ke dalam perbuatan hina dengan cara berpuasa dan lainnya, maka satu-satunya cara adalah menikah.
Itu karena ia diwajibkan untuk menjaga kehormatan dirinya dari perbuatan haram. Segala sesuatu yang merupakan sarana untuk kesempurnaan sebuah kewajiban maka ia hukumnya wajib pula. Menurut jumhur ulama antara wajib dan fardhu tidak ada perbedaan.
Load more