Tafsir Juz Amma: Surat Al-Insyirah, Penjelasan Ustadz Dr. Firanda Andirja
- Antara
tvOnenews.com – Surat Al-Insyirah atau Asy-Syarh merupakan salah satu surat dalam Juz Amma yang memiliki kedudukan istimewa.
Surat ini disebut sebagai kelanjutan dari Surat Ad-Dhuha karena sama-sama membahas berbagai nikmat besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dalam kajiannya, Ustadz Dr. Firanda Andirja menjelaskan bahwa jika Surat Ad-Dhuha menyoroti nikmat lahiriah yang Allah karuniakan kepada Rasulullah—seperti perlindungan saat yatim, kecukupan setelah masa sulit, dan petunjuk setelah kebingungan—.
Maka Surat Al-Insyirah lebih menekankan nikmat batiniah atau maknawi, khususnya yang berkaitan dengan kondisi jiwa dan hati Nabi.
Lapangnya Dada Rasulullah
Allah membuka Surat Al-Insyirah dengan firman-Nya:
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?” (QS. Al-Insyirah: 1)
Menurut Ustadz Firanda, para ulama memiliki dua pendapat dalam menafsirkan ayat ini. Pendapat pertama menyatakan bahwa yang dimaksud adalah kelapangan dada secara maknawi, yakni keteguhan hati Nabi dalam menghadapi ujian, cacian, dan tekanan dakwah yang luar biasa.
Pendapat kedua menyebutkan bahwa ayat ini juga mencakup makna hissi (fisik), yakni peristiwa dibelahnya dada Rasulullah oleh Malaikat Jibril, sebagaimana yang terjadi saat beliau masih kecil dan ketika peristiwa Isra Mi’raj.
Kedua pendapat ini tidak saling bertentangan, justru saling melengkapi. Pembelahan dada secara fisik menjadi sebab kelapangan hati Nabi secara batin, sehingga beliau mampu menghadapi ujian dakwah dengan kesabaran dan keteguhan yang luar biasa.
Beban yang Diangkat Allah
Ayat berikutnya berbunyi:
“Dan Kami telah mengangkat beban darimu.” (QS. Al-Insyirah: 2)
Ustadz Firanda menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai makna “beban” (wizr) dalam ayat ini.
Ada yang menafsirkan sebagai beban dakwah, ada pula yang menafsirkannya sebagai dosa-dosa kecil Nabi yang telah Allah ampuni.
Meski para nabi bersifat maksum dalam menyampaikan wahyu dan terjaga dari dosa besar, menurut jumhur ulama mereka tetap mungkin melakukan kesalahan kecil yang tidak merendahkan martabat kenabian.
Kesalahan-kesalahan tersebut diampuni oleh Allah sebagai bentuk rahmat dan sekaligus pelajaran bagi umat tentang pentingnya taubat.
Load more