Tafsir Juz Amma: Surah Al-Ma’un dan Al-Kautsar, Penjelasan Ustaz Firanda Andirja
- tim tvOne
Jakarta, tvOnenews.com – Surat Al-Ma’un dan Al-Kautsar menjadi dua surat pendek dalam Juz Amma yang menyimpan pesan besar tentang keimanan, kepedulian sosial, dan keteguhan dalam beribadah.
Hal tersebut disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. dalam kajian tafsir Juz Amma yang membahas makna mendalam dari kedua surat tersebut.
Dalam penjelasannya, Ustadz Firanda mengawali dengan Surat Al-Ma’un. Surat ini, kata dia, secara tegas membongkar karakter orang yang mendustakan hari pembalasan.
- Tangkapan/Ustaz Firanda Andirja Official
Bukan hanya soal akidah, tetapi dampaknya terlihat nyata dalam perilaku sosial sehari-hari.
“Allah tidak langsung menyebut siapa orangnya, tetapi Allah sebutkan ciri-cirinya,” jelas Ustadz Firanda, dikutip dari Youtube Firanda Andirja, Selasa (23/12/2025).
Salah satu ciri utama orang yang mendustakan hari akhir adalah menghardik anak yatim. Dalam syariat Islam, anak yatim adalah anak yang ayahnya meninggal dunia dan belum baligh.
Seharusnya, mereka mendapatkan kasih sayang dan perhatian, bukan justru perlakuan kasar.
Selain itu, Allah juga menyebutkan ciri lain, yakni tidak mendorong memberi makan orang miskin. Menurut Ustadz Firanda, hal ini menunjukkan sifat pelit yang berakar dari lemahnya iman terhadap hari pembalasan.
“Orang yang yakin akan balasan Allah, dia tidak takut hartanya berkurang. Justru dia senang berbagi,” ujarnya.
Surat Al-Ma’un juga memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang melaksanakan salat, tetapi lalai dari maknanya.
Lalai yang dimaksud bukan hanya meninggalkan salat, tetapi juga menunda, melakukannya tanpa kekhusyukan, serta menjadikannya sebagai sarana pamer atau riya.
“Ini adalah salat yang tercela, bahkan disebut Nabi sebagai salatnya orang munafik,” kata Ustadz Firanda.
Lebih lanjut, ayat terakhir Surat Al-Ma’un menyinggung sikap enggan memberi bantuan kecil atau al-ma’un.
Padahal, bantuan tersebut bisa berupa barang sederhana yang bermanfaat bagi orang lain. Sikap pelit ini, menurutnya, kembali menunjukkan lemahnya keyakinan terhadap hari akhir.
Beranjak ke Surat Al-Kautsar, Ustadz Firanda menjelaskan bahwa Allah menghibur Nabi Muhammad SAW dengan kabar tentang nikmat yang sangat besar.
Al-Kautsar dimaknai sebagai kebaikan yang melimpah, termasuk sungai di surga dan telaga Nabi di padang mahsyar.
“Telaga Al-Kautsar hanya akan didatangi oleh umat Nabi yang setia. Siapa yang minum darinya, tidak akan haus selamanya,” jelasnya.
Sebagai bentuk syukur atas nikmat tersebut, Allah memerintahkan Nabi SAW untuk mendirikan salat dan berkurban semata-mata karena Allah. Dua ibadah ini mencerminkan puncak penghambaan, baik dengan fisik maupun harta.
Di akhir surat, Allah menegaskan bahwa orang-orang yang mencela Nabi Muhammad SAW justru merekalah yang terputus.
Meski Nabi kehilangan anak-anak laki-lakinya, namanya tetap harum, disebut dalam azan, salawat, dan doa umat Islam hingga akhir zaman.
“Ini pelajaran besar bagi kita. Jika dicela manusia, sibukkan diri dengan ibadah. Biarkan Allah yang membela,” pungkas Ustadz Firanda.
Kajian ini menjadi pengingat bahwa iman kepada hari akhir harus tercermin dalam kepedulian sosial, keikhlasan beribadah, serta keyakinan penuh bahwa segala kebaikan tidak akan pernah sia-sia di sisi Allah SWT.
Load more