Tafsir Surah Asy-Syams: Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Pentingnya Mengelola Jiwa di Tengah Tantangan Zaman
- Istimewa
tvOnenews.com – Dalam salah satu kajiannya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) membahas Surah Asy-Syams (surah ke-91), yang termasuk golongan surah Makkiyah dan diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Ia menjelaskan, surah ini mengandung pesan fundamental tentang pengelolaan jiwa sebagai kunci keberhasilan hidup manusia.
“Parameter utama kesuksesan ibadah puasa adalah sejauh mana ibadah itu memengaruhi jiwa kita. Pikiran menjadi lebih jernih, tindakan semakin baik, dan hati semakin dekat kepada Allah,” ujar UAH.
- Unsplash/Lexi T
UAH menerangkan bahwa Surah Asy-Syams menggambarkan kontras yang jelas antara kebenaran dan keburukan, sebagaimana perbedaan siang dan malam, terang dan gelap.
Allah SWT bersumpah dengan matahari, bulan, siang, dan malam untuk menunjukkan bahwa manusia sejatinya mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
“Sebagaimana terang matahari yang tidak menimbulkan kegelisahan, kebenaran juga selalu menghadirkan ketenangan. Sebaliknya, keburukan akan melahirkan kegelisahan dalam hidup,” jelasnya.
Lebih lanjut, UAH menekankan bahwa dalam diri manusia terdapat dua potensi utama, yakni takwa dan fujur. Takwa mendorong manusia kepada kejujuran, kesabaran, dan kerendahan hati.
Sementara fujur, menurutnya, bukan semata-mata untuk dituruti, melainkan sebagai ujian dan katalis agar sifat takwa dapat muncul dan menguat.
“Marah, misalnya, bukan diciptakan agar manusia menjadi pemarah, tetapi agar kita bisa melatih kesabaran. Tanpa ujian, tidak akan lahir kualitas diri,” kata UAH.
UAH juga mengingatkan bahwa kecerdasan intelektual tanpa pengelolaan jiwa yang baik justru berpotensi membahayakan.
Menurutnya, akal bersifat netral dan hanya menjalankan perintah dari jiwa. Jika jiwa dikuasai hawa nafsu, maka kecerdasan bisa digunakan untuk merencanakan keburukan.
“Orang pintar dengan jiwa yang kotor akan lebih berbahaya, karena kepintarannya dipakai untuk membenarkan dan mengeksekusi keburukan,” tegasnya.
Dalam konteks sejarah, UAH menyinggung kisah kaum Tsamud pada masa Nabi Shaleh AS. Meski telah diperlihatkan mukjizat yang nyata berupa unta betina, kaum tersebut tetap mendustakan dan menyembelihnya karena dikuasai hawa nafsu. Akibatnya, mereka mendapatkan azab dari Allah SWT.
Menutup kajiannya, UAH mengaitkan pesan Surah Asy-Syams dengan kondisi kehidupan modern yang sarat materialisme, persaingan jabatan, dan tantangan akidah.
Ia mengajak umat Islam untuk menumpukan seluruh pilihan hidup pada penguatan jiwa takwa melalui ibadah, seperti salat, puasa, zakat, membaca Al-Qur’an, dan doa.
“Kesuksesan sejati adalah ketika kebahagiaan dan keberhasilan menyatu, yang dalam Al-Qur’an disebut sebagai falah. Semua itu hanya bisa diraih dengan jiwa yang bersih dan terkelola dengan baik,” tutup UAH.
Load more