tvOnenews.com - Idul Fitri oleh mayoritas umat islam di Indonesia dimaknai sebagai hari raya. Sehingga pada hari itu, seluruh umat islam akan saling mengucapkan Selamat Hari Idul Fitri.
Pada hari yang kerap disebut dengan kemenangan, semua orang bersuka cita merayakannya dengan mandi bersih, memakai wewangian, menyantap hidangan bersama, berpakaian bagus, shalat sunnah bersama dengan jumlah yang jauh lebih besar hingga bersilahturahmi ke sanak saudara dan kerabat serta tetangga.
Hal-hal tersebut merupakan sebuah ekspresi dari pemaknaan idul fitri.
Imam Durori dalam bukunya Pedoman Pendidikan Agama bagi Masyarakat Awam mengatakan bahwa sebagian umat islam menganggap idul fitri sebagai predikat atau prestasi yang melekat pada siapa saja yang telah melaksanakan serentetan ibadah ramadhan dan telah menjauhi berbagai larangan agama.
Dirinya merasa layak telah mendapat pengampunan dari TuhanNya sehingga merasa telah kembali bersih dan suci dari dosa-dosanya.
Pemaknaan idul fitri seperti ini dapat mendorong sebagian umat islam untuk fokus menjalani berbagai ibadah Ramadhan dengan maksimal dan berupaya sekuat-kuatnya untuk menjauhi hal-hal yang dapat merusak keutamaan dari ibadahnya.
Kategori Orang yang Terampuni Dosa-Dosanya
Terlepas dari tinjauan etimologi, maka kedua pemaknaan di atas adalah benar. Pemaknaan Idul Fitri menurut Durori sebagai hari raya dapat dikatakan berlaku bagi masyarakat umum, sedangkan pemaknaan sebagai kondisi menjadi suci adalah pemaknaan khusus dan berlaku bagi orang khusus pula.
Lantas siapakah orang khusus yang dimaksud?
Imam Durori lantas menjabarkan beberapa hadits yang menjelaskan kriteria orang khusus tersebut, di antaranya:
Pertama, hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.
“Barangsiapa telah selesai berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan ikhtisab (hanya berharap Ridho Allah), maka diampuni oleh Allah SWT”.
Kedua, hadits riwayat Imam al Bukhari dan Imam Muslim.
"Barangsiapa telah selesai mendirikan malam-malam ramadhan (dnegan shalat tarawih) atas dasar keimanan dan ikhtisab, maka diampuni oleh Allah SWT".
Ketiga, hadits riwayat Imam al-Bukhari.
"Puasa adalah perisai diri (dari siksa api neraka), maka bagi seseorang yang sedang berpuasa janganlah menggauli istrinya, janganlah berkata kotor, dan janganlah berbuat jahil. Bila ia diajak bertengkar atau dicaci, hendaklah ia mengatakan "aku sedang berpuasa". Rasulullah mengulanginya dua kali. Demi Allah yang diriku dalam genggamanNya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah, lebih harum dibandingkan dengan minyak wangi misik. Allah SWT berfirman "hambaKu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu bagiKu, dan Akulah yang akan membalasnya. Dan setiap kebaikan yang dilakukan di bulan ramadhan, dilipat gandakan nilainya hingga 10 kali lipat," (HR al Bukhari).
Dari hadits-hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang terampuni dosa-dosanya atau orang yang kembali suci adalah orang-orang yang telah melaksanakan berbagai hal, antara lain:
Wallahualam
(put)
Load more