Merayakan Maulid Nabi Boleh atau Tidak? Penjelasan Ustaz Adi Hidayat Tegas, Katanya...
- Tangkapan Layar YouTube Adi Hidayat Official
tvOnenews.com - Tanggal 12 Rabiul Awal dikenal sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi.
Tahun ini, Maulid Nabi bertepatan pada Jumat, 5 September 2025.
Ketika memasuki bulan Maulid Nabi, biasanya setiap muslim akan menyambutnya dengan berbagai cara.
Termasuk dengan memperbanyak ibadah dan bersholawat, hingga merayakannya.
- Freepik/freepik
Lantas, bagaimana hukum merayakan Maulid Nabi SAW?
Dalam salah satu kajian, Ustaz Adi Hidayat memberikan penjelasan yang cukup tegas terkait hal ini.
"Apa hukumnya Maulid Nabi? Maulid Nabi nggak ada hukumnya, karena waktu lahirnya Nabi. Bagaimana kita bisa melekatkan hukum pada waktu lahirnya Nabi, lahir ya lahir. Jadi kelahiran seseorang itu nggak ada hukumnya, qadar Allah yang menjadikan dia terlahir dan dengan kelahiran itu dia punya misi dalam kehidupan mencari bekal untuk kembali kepada Allah SWT," ungkap Ustaz Adi Hidayat.
Beliau kemudian menambahkan, "Hukum itu terletak pada perbuatan seseorang bukan pada kelahiran seseorang. Ketika dia berbuat dengan aspek kesadarannya maka muncul hukum di situ. Hukum terletak pada perbuatan, bukan terletak pada benda dan bukan terletak pada waktu."
Lebih lanjut, ia menegaskan, "Apa hukumnya hari kelahiran? Hari kelahiran nggak ada hukumnya, yang melekat hukum itu bagaimana menyikapi hari kelahiran itu. Itu poinnya. Ketika ada perbuatan yang melekat kepadanya maka di situ ada hukum. Maulud itu bayinya berarti Nabi-nya, apa hukum Maulud? Eh apa hukumnya Nabi? Nabi ya lahir nggak ada hukumnya."
- Tangkapan Layar YouTube Adi Hidayat Official
Ustaz Adi Hidayat bahkan mengingatkan agar tidak salah dalam memahami.
"Jadi kalau Anda menolak Maulid menolak Maulud dengan pengertian seperti ini maka Anda keluar dari Islam, kalau dalam hukum seperti ini. Saya menentang Maulid Nabi berarti Anda menentang kelahiran Nabi SAW," jelasnya.
Lalu bagaimana cara menyikapi Maulid Nabi dengan benar?
Ustaz Adi Hidayat merujuk pada Al-Quran, maka menyikapi Maulid Nabi SAW adalah dengan menghadirkan kegembiraan dalam hati.
"QS. Yunus 57-58, gembira Antum. Gembira silahkan. Masa Nabi Isa gembira kita tidak gembira? Nabi Ibrahim gembira kita tidak gembira? Nabi yang mengharapkan kehadirannya yang tidak melihatnya saja gembira, masa kita yang mendapatkan kedatangannya meski tidak mampu melihatnya dan menjadi umatnya tidak gembira?"
- Pixabay/PANJTANPAK_GRAPHICS05
Dari ayat tersebut, beliau menekankan, "Maka pertama kita mesti gembira. Yang kedua, bagaimana mengekspresikan kegembiraan itu."
Menurut Ustaz Adi Hidayat, Rasulullah SAW sendiri mencontohkan cara menyikapi hari kelahiran dengan puasa.
"Ketika Nabi puasa di hari Senin, kata Nabi ini adalah hari aku dilahirkan. Jadi kalau antum memasuki hari kelahiran, boleh mengikuti sunnah Nabi SAW, dengan puasa," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Dengan begitu, berpuasa justru semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan ibadah.
UAH juga mengingatkan, "Bukan dengan ramai-ramai tiup lilin."
- Tangkapan Layar YouTube Adi Hidayat Official
Selain itu, Ustaz Adi juga menegaskan bahwa kegembiraan atas kelahiran Rasulullah bukan hanya terbatas pada tanggal tertentu.
"Jadi Maulid itu tidak dibatasi oleh waktu, setiap waktu itu Maulid, setiap waktu itu Maulud. Tapi kalau ada momentum bersamaan dengan hari kelahiran Nabi SAW kemudian kita hidupkan untuk lebih mengenal Nabi dalam bentuk sunnah itu tidak masalah," tegasnya.
"Yang masalah itu menghadirkan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Quran dan ajaran Nabi SAW," pungkasnya.
(gwn)
Load more