Teks Khutbah Jumat 15 Agustus 2025 Singkat Padat: Islam dan Perintah Mencintai Tanah Air
- ANTARA
tvOnenews.com - Bulan Agustus tahun ini, Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan atau HUT RI yang ke-80.
Berbagai momen perayaan 17 Agustus digelar, dengan beragam kegiatan yang mencerminkan rasa cinta kepada tanah air.
Dalam ajaran Islam, umat Muslim juga dianjurkan untuk mencintai tanah air, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.
- Istimewa
Khutbah Jumat kali ini akan membahas tentang perintah mencintai tanah air dalam perspektif Islam.
Berikut teks khutbah Jumat berjudul "Islam dan Perintah Mencintai Tanah Air".
KHUTBAH I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِلَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
- Unsplash/Rumman Amin
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengawali khutbah ini, khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. atas segala nikmat yang telah kita terima dalam hidup. Selain itu, marilah kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, tidak hanya sekadar diucapkan dengan lisan, tetapi juga ditanamkan dalam hati dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Salah satu wujud nyata dari ketakwaan tersebut adalah selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan bagi kita yang setiap sunnahnya patut kita ikuti.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Saat ini kita masih menjumpai fenomena yang memprihatinkan, di mana sebagian orang kurang menumbuhkan rasa cinta dan penghormatan terhadap tanah air, dasar negara, maupun simbol-simbol kenegaraan.
Padahal, sebagai warga negara sekaligus umat Islam, kita diajarkan untuk mencintai tempat tinggal dan lingkungan kita. Sikap ini selaras dengan teladan Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan kecintaan mendalam terhadap Kota Makkah dan Madinah.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam Shahih Bukhari nomor 5895 disebutkan:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hasyim Ibn Urwah dari ayahnya dari Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Ya Allah, berilah kecintaan kami terhadap Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi…”
Hadis ini mengajarkan bahwa rasa cinta selalu beriringan dengan kasih sayang. Dari sinilah muncul rasa memiliki, keinginan untuk memberikan yang terbaik, menjaga, memelihara, serta melindungi dari segala hal yang buruk.
Cinta terhadap tanah air berarti adanya kesadaran kolektif untuk menunjukkan rasa sayang kepada negara melalui pengabdian, pemeliharaan, pembelaan, dan perlindungan dari ancaman yang dapat merusaknya.
Namun, saat ini kita masih dapat menjumpai orang-orang yang mengingkari bangsa dan negaranya, meskipun mereka hidup, bekerja, makan, minum, dan tinggal di bumi yang sama. Bahkan kelak, mereka pun akan dimakamkan di tanah ini. Ironisnya, mereka menolak sistem negara dengan alasan tidak sesuai dengan ajaran Islam menurut pemahaman mereka.
Pertanyaannya, ajaran Islam yang mana yang membenarkan umatnya untuk mencela, merendahkan, dan menghina tanah airnya?
- unsplah.com/Bimo Luki
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebagai makhluk yang diciptakan Allah dan sekaligus sebagai warga Negara Indonesia kita mempunyai kewajiban untuk memiliki rasa cinta terhadap tanah air. Bahkan Allah SWT menganjurkan kepada kita untuk mencintai tanah air, karena jika kita tidak mencintai tanah air sendiri, maka termasuk dalam orang yang zalim. Sebagaimana firman Allah:
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama, mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al Mumtahanah: 8-9).
Menurut Quraish Shihab, cinta tanah air bukanlah bagian dari iman, melainkan sesuatu yang secara alami tertanam dalam diri manusia sebagai naluri. Nabi Muhammad SAW memberikan teladan kecintaan yang mendalam terhadap Kota Makkah, tempat beliau dilahirkan. Pentingnya rasa cinta terhadap tanah air tergambar jelas dalam peristiwa ketika Nabi SAW diusir dari Makkah.
Saat hendak pergi, beliau menghadap ke arah Ka’bah dan bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah tanah Allah yang paling Dia cintai, lembah terbaik di muka bumi dan yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya pendudukmu tidak mengusirku, aku pasti tidak akan pernah meninggalkanmu.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Perwujudan cinta tanah air juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As. Ketika beliau memanjatkan doa untuk negerinya, sebagaimana yang diabadikan dalam Al Qur’an:
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. Al Baqarah: 126).
Doa Nabi Ibrahim AS tersebut memang secara spesifik untuk keamanan Mekah dan kesejahteraan rakyatnya. Namun hal tersebut merupakan bentuk ungkapan rasa cinta Nabi Irahim AS terhadap tanah airnya. Dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan, yang dimaksud dengan “aman” dalam doa Nabi Ibrahim AS adalah aman dari berbagai bencana alam seperti banjir, gemba bumi, tanah longsor dan lain-lain.
Selain berdoa agar diberikan keamanan, Nabi Ibrahim AS juga berdoa untuk kesejahteraan penduduk Mekah dari berbagai macam buah-buahan. Lebih tegas lagi dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan bahwa ayat ini mengisyaratkan pentingnya setiap muslim berdoa untuk keamanan tempat tinggalnya, dan agar penduduknya memperoleh kesejahteraan rezeki yang melimpah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebagai umat Islam sekaligus warga negara yang baik, kita sepatutnya menumbuhkan, menghayati, dan menjiwai rasa cinta kepada tanah air. Namun, menghayati rasa tersebut bukanlah hal yang mudah, sebab dibutuhkan kesabaran dan keteguhan hati dalam menjalaninya. Hal ini karena berbagai tantangan dan ancaman dapat datang, baik dari dalam maupun luar. Meski demikian, dengan tekad yang kuat untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air di dalam hati, hal itu akan menjadi lebih mudah dilakukan.
Di era globalisasi seperti sekarang, rasa cinta tanah air tetap memiliki peran yang sangat penting. Mengapa demikian? Karena meskipun kita telah meraih kemerdekaan dari penjajahan, tugas kita belum selesai. Kita masih berkewajiban menjaga kemerdekaan tersebut dan memelihara keutuhan bangsa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Rasa cinta tanah air tidak hanya muncul ketika menghadapi penjajahan secara fisik, melainkan juga dibutuhkan dalam menghadapi bentuk penjajahan nonfisik, seperti penjajahan moral suatu bangsa.
Kita semua mengetahui bahwa Allah SWT telah menganugerahkan kepada bangsa Indonesia berbagai kenikmatan yang luar biasa. Wilayahnya terbentang ribuan kilometer, dikelilingi samudera yang luas dan dalam, memiliki kekayaan alam melimpah, serta beragam bahasa, suku, ras, agama, dan jenis satwa. Semua itu adalah karunia besar dari Allah yang dipercayakan kepada bangsa Indonesia.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sikap mencintai tanah air merupakan bagian dari mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Sebagai wujud kesyukuran kita seharusnya dapat dimanfestasikan dalam bentuk perilaku yang positif dan berbuat untuk mempertahankan, menjaga, dan mengisi kemerdekaan. Di antara aktualisasi syukur atas kemerdekaan adalah tidak mengabaikan rahmat pemberian Allah atas kemerdekaan ini.
Kemerdekaan yang didapatkan bangsa Indonesia merupakan kuasa Allah SWT. Tidak terbantahkan ada campur tangan Allah atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Diantara mensyukuri nikmat kemerdekaan sekaligus sebagai wujud cinta tanah air adalah Pertama mensyukuri dengan lahir dan batin dengan menyadari bahwa kemerdekaan dan semua nikmat yang kita rasakan adalah anugerah yang telah diberikan Allah SWT. Kedua, bersyukur dengan lisan dan perbuatan atas kenikmatan kemerdekaan. Kita harus mampu berbuat baik dengan cara membalas kenikmatan sesuai dengan hak-hak kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai penerus perjuangan bangsa, kita harus mengisi kemerdekaan dengan perbuatan yang baik untuk bangsa dan negara.
Diantara bentuk cinta tanah air sebagai bagian dari rasa syukur kita kepada Allah kita wujudkan dengan melaksanakan amanat para pendahlu bangsa dengan tidak melakukan tindak kejahatan, tidak korupsi, serta memanipulasi dan merampas hak-hak hidup orang banyak. Sebaliknya kita harus memupuk jiwa patriotisme dalam mengisi kemerdekaan dengan cara membangun negeri ini, memberikan banyak kebaikan kepada masyarakat yang membutuhkan perlindungan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebagai bangsa yang bermartabat, cinta tanah air dan mensyukuri kemerdekaan merupakan sebuah keharusan. Maka sangat penting kita harus mensyukuri nikmat yang sangat besar ini berupa menjadi bangsa Indonesia yang merdeka dengan cara mengabdi kepada Allah Swt serta menjauhi segala larangannya. Diantara bentuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia dapat ditunjukkan dengan menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya. Membela dan rela berkorban demi bangsa dan tanah air, mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus dan ikhlas dari segala gangguan dan ancaman, baik dari dalam maupun luar.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sumber: laduni.id
(gwn)
Load more