Kebiasaan Menggendong Kucing karena Menggemaskan, Sebenarnya Najisnya Pindah atau Tidak? Kata Buya Yahya untuk Hewan itu...
- Freepik
tvOnenews.com - Kucing merupakan salah satu hewan yang kerap kali digendong oleh manusia.
Alasan kita menggendong kucing biasanya karena rasa sayang hingga tingkah hewan tersebut sangat menggemaskan.
Khususnya bagi yang memelihara kucing, pasti tak lekang menggendong hewan kesayangannya di rumah.
Akan tetapi, sebagian orang khawatir apabila menggendong kucing akan terkena najis dari kotorannya yang keluar.
- iStockPhoto
Berkaca dari beberapa kasus, ketika menggendong kucing, hewan imut tersebut tak sengaja mengeluarkan air kencing dan kotoran lainnya.
Selain itu, kotoran yang menempel pada bulu kucing, otomatis najis akan berpindah ke tangan hingga pakaian kita.
Apakah benar najis dari kucing bisa pindah? Simak penjelasan Buya Yahya di bawah ini!
"Saya hamba Allah ingin bertanya, apakah najis atau tidak kalau kucing digendong ataupun tidur di sisi kucing? Soalnya kalau buang air kecil sama kotorannya tidak dibasuh," tanya seorang jemaah kepada Buya Yahya dikutip tvOnenews.com dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, Rabu (16/7/2025).
Seorang jemaah bertanya ketika kucing peliharaannya buang air kecil, maka kotorannya masih melekat di kemaluannya.
Jemaah tersebut mengkhawatirkan ada najis yang sudah berpindah atau menempel ke salah satu tubuhnya.
- Tangkapan Layar YouTube Al-Bahjah TV
Buya Yahya langsung merespons dari kasus sejak zaman dahulu ketika kucing mengeluarkan air kencingnya tidak ada proses istinja.
"Sejak zaman Nabi Adam sampai hari ini tidak ada kucing kalau habis buang air, lalu ada yang cebokin tidak ada. Mulai kapan kucing diistinja?," jawab Buya Yahya.
Kebiasaan seperti ini membuat pemelihara atau penggendongnya waswas ada najis yang menempel di tubuhnya.
Pengasuh LPD Al Bahjah itu menyebutkan air kencing yang keluar dari dubur kucing, maka kotoran tersebut bisa menyumbang penyakit.
"Jadi, makanya ini khawatir sengaja kami tekankan begini. Khawatir sudah masuk wilayah waswas juga penyakit yang sering menjangkit sebagian orang," tuturnya.
Usut punya usut, pembahasan apakah kotoran kucing menyumbang najis diambil dari kisah zaman Rasulullah SAW.
Buya Yahya menjelaskan kenapa kucing selalu berada di sekitar manusia, hal ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW tawaf.
Tawaf dalam haji dan umrah adalah kegiatan mengelilingi Ka'bah. Hal ini serupa dengan aktivitas kucing selalu di sekitar manusia.
"Itu dianggap termasuk makhluk yang biasa mondar-mandir dan kalaupun seandainya kita menggendongnya nggak ada masalah," jelasnya.
Najis dari kucing, kata Buya Yahya, tidak akan berpindah namun hal tersebut bisa terjadi jika kondisinya basah bertemu basah.
Maksudnya, ada bulu yang menghalangi najis tersebut, tetapi bisa menimbulkan najis jika kondisi tangan sedang basah saat menggendongnya.
"Itu pun di wilayah yang terkena najis. Kalau bulunya tidak, bulunya masih menempel, kita pegang nggak ada masalah," terangnya.
Buya Yahya berasumsi apabila ingin menggendong kucing, sebenarnya tak ada larangannya apalagi kalau kondisi kering bertemu kering.
"Jadi, Anda jangan terlalu ke bawah ke waswas ke sana. Jadi, digendong tidak akan pindah kepada tangan Anda najisnya," tegasnya.
Bagi Buya Yahya, kegiatan istinja pada kucing hanya merepotkan, lagi pula selama masih terhalang bulu tidak ada najis.
"Dia enggak ngerti bagaimana istinja maka enggak usah istinja-istinjaan kucingnya ya. Jadi kalau Anda gendong boleh. Asalkan ingat kaidahnya kering dengan kering, tidak akan memindahkan najis," paparnya.
Namun, kalau tangan basah lalu menyentuh bagian kemaluan kucing, maka hukumnya masuk kategori najis.
"Cuma ya jangan digendong terus itu kucing, gendong anak saja itu saja semoga Allah menjaga semuanya dari penyakit waswas," tutupnya.
(hap)
Load more