Teks Khutbah Idul Adha 2025 Singkat: Dari Arafah ke Mihrab, Mencari Kedamaian Hati dalam Ibadah Haji dan Kurban
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Kedamaian dalam ibadah haji dan kurban di tengah berdengungnya takbir saat wukuf di Arafah menuju Mihrab menjadi rekomendasi tema dalam materi teks khutbah Idul Adha singkat.
Melalui teks khutbah Idul Adha singkat ini, esensi menemukan kedamaian di tengah pelaksanaan puncak ibadah haji dan kurban menjadi hal terindah dinantikan umat Islam seluruh dunia.
Mereka akan berantusias untuk menyemarakkan bagaimana bisa merasakan kedamaian dalam hidup setelah dipertemukan kembali untuk menyemarakkan Hari Raya Idul Adha 2025.
Semarak Hari Raya Idul Adha 1446 H diperkirakan jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025 akan menuntun umat Islam bisa berdamai di tengah gema takbir dalam ibadah haji dan kurban.
Judul teks khutbah Idul Adha bertajuk "Dari Arafah ke Mihrab, Mencari Kedamaian Hati dalam Ibadah Haji dan Kurban" memiliki materi yang cukup singkat, sehingga khatib mudah menyampaikan pemahaman tema ini kepada jemaah shalat Id.
Teks Khutbah Idul Adha Singkat - Dari Arafah ke Mihrab, Mencari Kedamaian Hati dalam Ibadah Haji dan Kurban
- iStockPhoto
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Saudaraku yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Penyayang, Maha Pemberi kepada kita semua yang telah mempertemukan kita kembali merasakan kenikmatan hari paling agung pada kesempatan ini, Hari Raya Idul Adha.
Berkat Allah SWT, kita akhirnya bisa mendengar kenikmatan dari hari yang dipenuhi gema takbir, dzikir, dan pengingat akan ketaatan dan pengorbanan.
Marilah, kita senantiasa melantunkan sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sang pembawa cahaya dari gelapnya kesesatan.
Jemaah shalat Id yang dirahmati Allah
Di hari yang mulia ini, kita merenungi bersama tema khutbah Idul Adha pada kesempatan pelaksanaan shalat Id hari ini dengan tema "Dari Arafah ke Mihrab, Mencari Kedamaian Hati dalam Ibadah Haji dan Kurban".
Tema ini mengajak kita merenungi benang merah adanya kegiatan spiritualitas di antara gema takbir yang terjadi dua kali dalam setahun, terkhusus pada Hari Raya Idul Adha.
Kita mengetahui ada spiritualitas terjadi saat wukuf di Arafah dan ibadah kurban, yang sama-sama mengarahkan hati menuju kedamaian ilahi.
Saya selaku khatib bertugas di masjid tercinta ini akan lebih dulu menerangkan Arafah, sebagaimana kita mengetahui menjadi tempat titik temu antara hamba dan Rabb-nya.
Di Padang Arafah, jutaan jemaah haji berkumpul bukan hanya untuk menjalankan syariat, melainkan juga untuk merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta.
Wukuf di Arafah bukan sekadar ritual, tetapi momen sakral untuk introspeksi dan munajat.
Allah SWT berfirman dalam dalil Al-Quran-Nya dari redaksi Surat Al-Hajj Ayat 27:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
Artinya: "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS. Al-Hajj, 22:27).
Tafsir ini mengisyaratkan di sinilah manusia menyadari kefanaan dunia, lalu menengadah memohon kedamaian batin. Haji mengajarkan kita untuk keluar dari ego dan kembali menjadi hamba.
Sidang shalat Id rahimahumullah
Penjelasan pada kesempatan ini kemudian bergeser tentang kurban sebagai ibadah menyembelih ego dan menghidupkan kepedulian di tengah menggemanya takbir yang menyejukkan hati.
Seiring gema takbir Idul Adha, kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia menyembelih hewan kurban.
Namun yang lebih penting dari darah yang mengalir adalah ketulusan niat dan ketundukan hati. Sebagaimana Allah tegaska dalam Surat Al-Hajj Ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
Artinya: "Daging dan darah hewan kurban itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian." (QS. Al-Hajj, 22:37).
Tafsir dalam ayat ini lagi-lagi mengisyaratkan adanya makna termaktub melalui kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang sukses memperlihatkan kecintaan keduanya kepada Allah SWT.
Inilah yang menjadi teladan dalam ibadah kurban tidak sekadar memotong hewan ternak, namun sejatinya adalah menyembelih ego, bukan hanya menyembelih hewan.
Ibadallah,
Maka dari itu, khatib akan menerangkan sekilas tentang dari Arafah ke Mihrab memberikan makna adanya jalan menuju kedamaian.
Ibadah haji dan kurban memiliki pesan yang sama, yakni totalitas penghambaan dan solidaritas kemanusiaan.
Takbir yang menggema bukan hanya syiar, melainkan penegasan bahwa hanya Allah yang patut diagungkan.
Jika Arafah mengajarkan kita kedamaian batin, maka kurban mengajarkan kedamaian sosial. Keduanya menyatu dalam visi Islam sebagai agama rahmat.
Sebagaimana dalam sabdanya melalui salah satu hadis riwayat Imam At-Tirmidzi yang hasan dan shahih, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah pada hari Nahr (Idul Adha) daripada menyembelih hewan kurban." (HR. Tirmidzi no. 1493).
Inilah yang harus kita bawa dari Arafah ke mihrab kehidupan sehari-hari akan menjadikan pengorbanan sebagai jalan kedamaian, dan menjadikan ibadah sebagai sumber ketenangan hati.
Kaum muslimin rahimahumullah
Demikianlah sesi khutbah pertama dalam shalat Id kesempatan hari mulia ini. Marilah kita memaknai Idul Adha ini sebagai kesempatan menyucikan diri, menyebarkan kasih, dan memperkuat ukhuwah.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita umat yang damai, baik secara spiritual maupun sosial.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kemenag RI, Tafsir Ibnu Katsir, Darul Kutub Ilmiyyah, kitab Fath al-Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, Beirut.
Load more