Shalawat Jadi Salah Satu Amalan Istimewa di Hari Jumat, UAH Ingatkan Soal Penggunaan Kata Sayyidina
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Salah satu amalan yang disarankan dilakukan setiap hari Jumat adalah shalawat. Bahkan siapa yang shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada hari Jumat pada hati kiamat agan dikenali oleh baginda Nabi.
Bacaan shalawat berisi doa dan pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Shalawat dilakukan sebagai bentuk penghormatan serta permohonan rahmat umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW.
Shalawat merupakan perintah Allah SWT hang tercantum dalam Al-Qur'an, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Ahzab ayat 56.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al Ahzab: 56)
Oleh karenanya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW marilah kita memperbanyak shalawat.
Namun terkadang ada umat Islam yang bingung bagaimanakah bacaan shalawat yang sebaiknya dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Apakah sebenarnya sebaiknya menggunakan kata sayyidina dalam shalawat Nabi?
Berikut penjelasan Ustaz Adi Hidayat mengenai penggunaan kata Sayyidina dalam shalawat Nabi yang dirangkum dari ceramah yang diunggah di kanal YouTube miliknua.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, penggunaan Sayyidina sebelum nama Nabi Muhammad SAW adalah hal yang diperbolehkan di luar shalat.
"Kata Sayyidina tidak ada perbedaan pendapat di luar shalat, dia boleh digunakan karena Sayyidina itu bisa mencakup kepada beberapa makna," kata UAH.
Berikut makna Sayyidina yang dijelaskan oleh Ustaz Adi Hidayat.
"Satu, untuk menghormati orang lain dengan panggilan, kalau kita 'tuan', 'bapak' walaupun bukan bapak biologis anda," jelas UAH.
"Misalnya anda panggil Ahmad dengan Pak Ahmad, Doni dengan Pak Doni, kan bukan bapaknya anda tapi untuk memberikan penghormatan kepada orang lain," lanjut UAH.
Namun, Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa penggunaan kata Sayyidina ini tidak boleh digunakan untuk pengkultusan yang berlebihan.
"Yang tidak boleh itu adalah mengkultuskan dengan itu, mengangkat berlebihan," ucap UAH.
Ustaz Adi Hidayat kemudian menjelaskan penggunaan kata Sayyid yang ada di jazirah Arab.
"Di Arab itu kalau orang ingin mendapat perhatian dan dia memberikan seakan pengkultusan yang berlebihan, dia gunakan kata sayyid, Ya Sayyid, Ya Sayyid, supaya orang memberikan perhatian dan ada perhatian yang dalam hingga melebihi batas kewajaran," jelas UAH.
"Kemudian datang orang ini, mengangkat Nabi berlebihan, Ya Sayyidi, macam-macam, supaya orang itu memberikan perhatian dan tahu siapa dia," sambung UAH.
Kemudian UAH menceritakan kisah seseorang yang berlebihan dalam menggunakan panggilan Sayyidina di zaman Nabi.
Kata UAH saat itu pernah suatu ketika ada seseorang di zaman Nabi yang berlebihan dalam menggunakan panggilan Sayyidina.
"Maka satu kali ada kasus, Nabi kedatangan seseorang, kemudian dia ingin mencari perhatian di dalam kaumnya, Nabi itukan orang populer pada saat itu," terang Ustaz Adi Hidayat.
"Apa kata Nabi, jangan angkat kultuskan Saya berlebihan seperti Nabi Isa dikultuskan umatnya," jelas UAH ketika mencontohkan apa yang diucapkan Nabi kepada orang tersebut.
Maka kata UAH, selama kata Sayyidina tidak digunakan secara berlebihan untuk mengkultuskan, maka boleh-boleh saja dan itu biasa diucapkan di Madinah ataupun Makkah.
"Itu biasa, di Madinah juga mengucapkan saat shalawat, Allahummashalli'ala Sayyidina Muhammad, di Mekkah demikian," ungkap UAH.
"Yang dilarang, mengkultuskan," tegas UAH.
Lalu Apakah Kata Sayyidina Boleh Digunakan saat Shalat?
Mengenai hal ini, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, bahwa penggunaan kata Sayyidina dalam shalawat di waktu shalat adalah sama yakki bisa atau tidak.
Namun, UAH menyarankan untuk tidak menggunakannya Sayyidina.
"Karena yang dipertuankan dalam shalat hanya Allah SWT, karena itu tahiyat-tahiyat dalam riwayat shahih yang masuk kepada kita ketika Nabi mengucapkan kalimat tahiyat itu tidak ditemukan kalimat sayyidina," jelas UAH.
"Maka kalau dalam shalat, kalau saya cenderung kepada kalimat yang tidak menggunakan kata sayyidina dengan dua alasan," lanjut UAH.
Dengan demikian, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan alasan pertama yang dipertuankan hanya Allah SWT dan kedua mengikuti langsung apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Wallahu'alam bishawab
(put)
Load more