Teks Khutbah Jumat Singkat 9 Mei 2025: Haji Bukan Lagi sekadar Status Sosial, Tapi Bukti Nyata Hamba Sejati
- Andryanto/Media Center Haji 2024
tvOnenews.com - Ibadah haji kerap kali dihubungkan salah satu cara mendapat status sosial di tengah lingkungannya akan disajikan sebagai pembahasan menarik dalam teks khutbah Jumat.
Melalui teks khutbah Jumat singkat, umat Muslim mendapat pesan penting agar tidak menjadikan haji sebagai status sosial.
Sebab, esensi haji merupakan perjalanan spiritual untuk memenuhi rukun Islam kelima, sekaligus menunjukkan penghambaan sejati kepada Allah SWT.
Nahasnya, masih banyak orang mukmin telah melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci, hanya ingin memperoleh pengakuan secara sosial, bukan memperlihatkan sebagai hamba yang taat.
Maka dari itu, tvOnenews.com akan merekomendasikan bahan tentang tujuan haji bukan diperuntukkan mendapat status sosial untuk khatib dalam pelaksanaan shalat Jumat, 9 Mei 2025.
Teks Khutbah Jumat Singkat Tema Haji Bukan Lagi sekadar Status Sosial, Tapi Bukti Nyata Hamba Sejati
- iStockPhoto
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَعَزَّنَا بِهِ قُوَّةً وَإِيْمَانًا، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا فَجَعَلَنَا أَحِبَّةً وَإِخْوَانًا، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى وَرَحْمَةً وَتِبْيَانًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، هَدَى اللهُ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ، وَعَلَّمَ بِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ، وَأَعَزَّ بِهِ بَعْدَ الذِّلَّةِ، وَكَثَّرَ بِهِ بَعْدَ القِلَّةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ كَانُوا لَهُ عَلَى الْحَقِّ إِخْوَانًا وَأَعْوَانًا؛ أَمَّا بَعْدُ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Jemaah shalat Jumat rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan menunjukkan sebagai seorang hamba yang bertakwa. Sejatinya, hanya kepada-Nya, kita berserah diri, dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan.
Marilah kita juga tak luput memberikan sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Tak lupa juga, kita bersholawat untuk keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang masih berpegang teguh di jalan Allah SWT hingga akhir zaman.
Hadirin yang berbahagia dan dirahmati Allah
Pada kesempatan hari ini kita bisa berkumpul di masjid tercinta ini. Tak lupa juga, khatib mengajak kita semua untuk merenungkan esensi dari ibadah haji.
Secara esensinya, haji merupakan sebuah ibadah agung yang sayangnya seringkali direduksi menjadi sekadar simbol status sosial. Padahal, sejatinya haji adalah bukti penghambaan sejati kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Agar kita tidak terjebak kekeliruan, pertama-tama, khatib akan lebih dulu menjelaskan sedikit tentang ibadah haji sebagai perintah Ilahi dan pilar Islam.
Esensi haji telah termaktub dalam salah satu dalil Al-Quran melalui redaksi Surat Ali Imran Ayat 97, Allah SWT berfirman:
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam." (QS. Ali Imran, 3:97).
Jika kita memahami tafsir ayat tersebut, bahwa Allah SWT menunjukkan haji bukanlah ibadah opsional, melainkan perintah langsung dari Allah dan bagian dari rukun Islam yang kelima.
Untuk itu, kita wajib menanamkan niat melaksanakan haji harus bersumber dari keikhlasan, bukan dorongan popularitas atau status.
Kaum muslimin rahimahumullah
Alhamdulillah, khatib telah menjelaskan sedikit esensi dari haji. Kini bergeser Haji merupakan ibadah yang selalu menjadi identitas sosial.
Di tengah masyarakat kita, muncul tradisi menyematkan gelar "Pak Haji" atau "Bu Haji/Bu Hajah" setelah seseorang menunaikan haji.
Sangat jarang, orang yang mendapat gelar itu merasa tidak bangga. Rata-rata, predikat tersebut menjadi kebahagiaan pribadi atau bahkan alat untuk mendapatkan kehormatan duniawi.
Padahal dalam salah satu hadis riwayat shahih dari Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil: yaitu riya." (HR. Ahmad).
Kita harus berhati-hati mengenai riya dalam ibadah, termasuk dalam pelaksanaan haji. Sifat ini sangat berbahaya bisa menjerumuskan pahala dihapuskan oleh Allah SWT dan menjauhkan seseorang dari haji mabrur.
Ibadallah,
Jika kebutuhan mendapat status sosial, maka khatib akan menjelaskan bagaimana cara menunjukkan penghambaan total dalam ibadah haji.
Setiap rangkaian haji sejatinya adalah latihan ketundukan dan kepasrahan. Contoh kegiatan tersebut misalnya dari tawaf mengelilingi Ka'bah.
Kemudian, jemaah haji seluruh dunia akan melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, wukuf di Arafah, hingga melontar jumrah. Semua rangkaian itu menggambarkan ketaatan mutlak kepada Allah SWT.
Haji mengingatkan kita pada keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail yang tunduk total pada perintah Ilahi, meski harus mengorbankan hal yang sangat dicintai.
Lantas, apabila sudah mengerjakan semua rangkain secara sempurna, maka akan mendapat haji mabrur. Namun, di sini khatib akan menerangkan tentang makna akhlak dan perubahan diri dari hasil predikat tersebut.
Sebagaimana dalam hadis riwayat singkat yang shahih, Rasulullah SAW bersabda:
"Haji yang mabrur tidak ada balasannya selain surga." (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, haji mabrur bukan dinilai dari mewahnya pakaian ihram atau banyaknya oleh-oleh, melainkan dari akhlak yang membaik.
Tak hanya itu, keberhasilan mendapat haji mabrur dari ibadah yang semakin rajin, dan kepedulian sosial yang meningkat setelah pulang haji.
Haji sejati adalah momen transformasi, bukan sekadar perjalanan spiritual. Ia adalah titik balik menuju kehidupan yang bertakwa, bukan penanda kelas sosial.
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Demikianlah khatib memaparkan secara ringkas khutbah pertama dalam sesi hari ini. Mari kita kembali meluruskan niat dalam beribadah, khususnya dalam menunaikan ibadah haji.
Kita jangan sampai menjadikan haji sebagai ajang pamer, namun harus menjadikan ibadah di Tanah Suci ini sebagai bukti nyata dari ketundukan kita kepada Allah.
Semoga Allah menerima ibadah haji saudara-saudara kita yang sedang menunaikannya tahun ini, dan bagi yang belum, semoga dimudahkan untuk menunaikannya dengan niat yang ikhlas.
Amin, ya Rabbal ‘alamin.
لِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kemenag RI, NU Online, Buku Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, Juz 5.
Load more