Tak Banyak yang Tahu, Selama ini Kampung Halaman Kevin Diks Ternyata Tempat Sejarah Penyebaran Agama, Begini Kisahnya
tvOnenews.com - Banyak yang belum mengetahui kisah kampung halaman pemain andalan Timnas Indonesia, Kevin Diks Bakarbessy merupakan salah satu tempat sejarah dalam penyebaran agama.
Kevin Diks bisa memperkuat Timnas Indonesia berkat mempunyai darah keturunan dari marga Bakarbessy yang mendominasi sekaligus marga khusus di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah.
Alih-alih memiliki darah keturunan dari Maluku Tengah, Kevin Diks akhirnya dapat membela Timnas Indonesia sejak mengambil sumpah Warga Negara Indonesia (WNI) pada 8 November 2024 lalu.
Sejarah marga Bakarbessy yang berasal dari nama sang ibu, Natasja Diks-Bakarbessy terbilang masih menjadi rahasia publik hingga saat ini.
Walaupun banyak yang mengetahui kalau marga Bakarbessy dari Negeri Waai, tetapi sesungguhnya di daerah tersebut menjadi tempat penyebaran agama dan sejarahnya cukup panjang.
- Instagram @kevindiks2
Sejarah Kampung Halaman Kevin Diks sebagai Tempat Penyebaran Agama
Merujuk dari Pusat Studi Maluku Universitas Ambon pada 2012 tentang Sejarah Negeri Waai dan Lumatau karya Maria Palijama dan Selek, terdapat sejumlah mitos dan legenda soal Negeri Waai.
Hal ini tigak lepas dari penduduk Seram sebagai leluhur pertama Negeri Waai. Tak hanya itu, orang Tuban, Jawa Timur juga memiliki sejarah terbentuknya negeri tersebut.
Orang-orang dari Seram sesungguhnya pernah tiba di wilayah pesisir timur di bagian Pulau Ambon.
Ketika sampai Pulau Ambon, warga Waai saat itu langsung mendaki Gunung Salahutu dan suasananya masih belum memiliki penghuni asli di wilayah tersebut.
Karena tidak memiliki penduduk, akhirnya warga Waai membuat pusat utama pemukiman di Gunung Salahutu.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang dari Belanda menyambangi tempat tersebut sekitar abad ke-17. Mereka tidak sekadar datang, tetapi juga membawa misi kristenisasi dikenal misi zending.
Pendeta asal Belanda, Van Horen bernama Hoeden Horen merupakan sosok tersohor di umat Kristen berasal dari negeri Rumahtiga. Ia datang tidak sendirian saat melakukan misi zending.
Ketiganya menginginkan penduduk di Gunung Salahutu mempelajari ajaran Injil. Namun, pada awalnya, Pendeta Van Horen menuntun para penduduk turun ke tepi pantai untuk berdiam diri.
Cara berdiam diri atau biasa dikenal bertapa ini tidak sekadar mengosongkan pikiran, namun sebenarnya bisa membantu penduduk untuk meminta segala hajat agar kebutuhannya tercukupi.
Sementara, orang-orang dari Negeri Nani juga ikut turun ke pantai demi mencari tempat pemukiman berdasarkan hasil dari kesepakatan musyawarah mereka.
sayangnya tujuan mereka mencari pemukiman gagal akibat daerah yang ditemukan selalu mengalami banjir.
Johanis Tuhalauruw akhirnya menggantikan posisi Sultan Nuhurela. Johanis langsung melempar tombak pusaka dan kiming berbentuk kelopak kering bunga kelapa ke bagian wilayah daratan.
Hasil dari lemparan tersebut memunculkan sebuah perbukitan yang berbentuk karang setelah tombak pusaka dan kiming tersebut ditancapkan ke daratan.
Atas hasil ketetapan musyawarah dari raja kampung Negeri Nanii, Moyang Barnadus Reawaruw terpilih sebagai pemimpin baru mereka dan memunculkan nama Waai.
Kemunculan Negeri Waai di wilayah tepi pantai daerah pegunungan Salahutu akhirnya membuat empat marga keluarga menajdi penduduk di sana, yakni Bakarbessy, Tahitu, Lumasina, dan Matapere.
Moyang Barnadus pada awalnya memilih Matapere untuk menjadi raja. Sayangnya, peran tersebut tidak bertahan lama karena diuji harus berhadapan dengan orang-orang Belanda.
Marga Bakarbessy akhirnya mengisi peran pemimpin di daerah tersebut yang sebellumnya dipegang oleh Matapere.
(hap)
Load more