Sudah Rajin Ibadah sampai Jungkir Balik tapi Dosa Masih Menumpuk, Kok Bisa? Buya Yahya Singgung Ahli Ibadah...
- Tangkapan layar YouTube Al-Bahjah TV
tvOnenews.com - Dosa akan langsung menghilang dengan berbagai cara apa pun, salah satunya adalah mengerjakan ibadah kepada Allah SWT.
Ibadah menjadi salah satu kewajiban utama yang harus dikerjakan umat Muslim. Keistimewaan besarnya adalah menghapus segala dosa terdahulu.
Sebagaimana dalam dalil Al-Quran melalui redaksi Surat Hud Ayat 114 terkait ibadah shalat dan perbuatan baik bisa menghapus dosa, Allah SWT berfirman:
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ
Artinya: "Dirikanlah shalat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)." (QS. Hud, 11:114).
Dalil Al-Quran ini mewakili kalau dosa sudah dijamin akan terhapuskan apabila terus merutinkan ibadah di sepanjang hidupnya.
Namun, ada kala orang mukmin telah menjaga kewajiban ibadah, seperti shalat, puasa Ramadhan, memenuhi zakat, haji, umrah dan sebagainya masih memiliki dosa yang menggunung.
Mereka merasa frustasi atas ibadahnya tidak berfungsi untuk menghapus segala dosa-dosanya.
Dalam hal ini, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya menerangkan tentang orang yang rajin mengerjakan ibadah, tetapi masih mempunyai dosa.
Penyebab Ibadah Tak Menghapuskan Dosa
- Freepik
Dilansir tvOnenews.com dari channel YouTube Al-Bahjah TV, Sabtu (3/5/2025), Buya Yahya menyinggung ahli ibadah yang masih memiliki banyak dosa.
Selaku pengasuh LPD Al-Bahjah, Cirebon, Buya Yahya mengambil kisah banyak ahli ibadah namun akan merasakan api neraka.
"Dosa iya, ibadah iya. Ibadahnya tidak bisa menghapus dosanya," ujar Buya Yahya.
Dalam suatu ceramah, Buya Yahya menganggap setiap ibadah yang dilakukan tidak pernah menyematkan tafakur, sehingga usahanya hanya sia-sia.
Bagi Buya Yahya, tafakur sangat berdampak pada kesempurnaan ibadah, sebagaimana orang hamba benar-benar menyembah dan beribadah kepada Allah SWT.
"Sepertinya dia beribadah, ternyata hasilnya ada dosa karena dia tidak merenungi ibadahnya," jelasnya.
Buya Yahya mengibaratkan jika ibadah tidak disertai tafakur, sangat rentan memicu adanya dosa karena tak menyambungkan pikirannya kepada Allah SWT.
Pendakwah asal Blitar itu mencontohkan ibadah yang sia-sia, misalnya melaksanakan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci.
"Mungkin, beberapa orang naik haji dan umrah bahkan sudah bolak-balik tapi lupa waris belum dibagi, sehingga umrahnya dengan bagian dari rebutan waris," imbuhnya.
"Sehingga, cara seperti itu dari mana bisa mendapat pahalanya? Surga mana yang didapat orang itu?," tanya dia sambil menegaskan.
Kondisi tersebut bisa dirasakan oleh sejumlah ahli ibadah walaupun sudah mengerjakan shalat sampai jungkir balik, tetapi seluruh amalannya tidak pernah didengar Allah SWT.
Menurut Buya Yahya, ibadah shalat dikerjakan mereka tidak berbuah manis karena masih mengandung keharaman, misalnya menyimpan atau menggunakan baju haram dan lain-lain.
"Mungkin juga ada yang tampak beribadah sampai khusyuk hingga menangis di masjid, namun di rumahnya, ada sang ibu yang menangis akibat ulah dia," bebernya.
"Maka, dia sebetulnya anak durhaka tengah mengerjakan shalat di masjid. Berarti dia ahli neraka sedang nongkrong di masjid, karena dia tidak bertafakur," sambung dia menjelaskan.
Lebih lanjut, Buya Yahya menjelaskan ahli ibadah mengerjakan shalat, puasa, haji, umrah mamun berujung masuk neraka, bukan mendapat kesempatan untuk merasakan kenikmatan di dalam surga.
"Aku tidak dididik dengan benar, sehingga aku tidak mengenal engkau ya Allah, sehingga aku bermaksiat gara-gara ibuku terlalu sibuk ibadah, tidak sempat ngurusi aku," bebernya.
Sebaliknya, Buya Yahya menyoroti orang yang sangat sulit mengerjakan ibadah namun di akhir hayatnya berujung manis, yakni mendapat khusnul khatimah dan masuk surga.
"Kita tak ada yang mengetahui kapan kita mati. Saya menyinggung ada orang jarang/tidak pernah shalat namun matinya begitu mulia. Itu sebenarnya nasib seorang manusia tidak ada yang tahu," ujarnya.
Buya Yahya mengambil contoh dari orang yang selalu berbuat maksiat, seperti mabuk-mabukkan, perkelahian, dan masuk dunia hitam tetapi masuk surga atas taubatnya.
"Begitu langkahnya masuk ke masjid dia taubat, meninggal, dicabut nyawanya maka husnul khatimah, beruntung dia. Karena orang yang bertaubat seperti tidak punya dosa," sebutnya.
Dengan gaya karismatiknya, Buya Yahya merasa terharu terhadap orang yang bermaksiat namun meninggal dunia dalam kondisi khusnul khatimah saat bertaubat, khususnya wafat di masjid.
"Namun, kita tidak boleh mencontoh dari segi tidak baiknya, nanti jangan-jangan kita mati duluan ketika dalam keadaan mabuk," pesannya.
"Jadilah orang yang hablum minannas baik dan hablum minallahnya juga harus baik," tambahnya.
"Intinya, kita tidak boleh suudzon kepada orang meninggal dunia karena itu urusannya Allah SWT. Makanya kalau ada orang meninggal dunia, mari kita mendoakan semoga Allah mengampuni dosanya," tutupnya.
(hap)
Load more