Teks Khutbah Jumat Singkat 4 April 2025: Perjalanan Jauh Tanpa Tujuan, Ketika Mudik Hilang Maknanya
- Tim tvOne
tvOnenews.com - Mudik merupakan salah satu perjalanan jauh yang menjadi tradisi melekat di tengah masyarakat Indonesia. Kegiatan ini menjadi bahan materi teks khutbah Jumat singkat.
Mengapa teks khutbah Jumat singkat pada kesempatan ini mengambil tema mudik? Hal ini berkaitan kondisi umat Muslim dan masyarakat Indonesia menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri.
Ketika Lebaran, umat Muslim bersuka cita untuk merayakan Idul Fitri dengan cara mudik agar bisa silaturahmi bersama keluarga di kampung halamannya.
Ada pun teks khutbah Jumat singkat tema tentang perjalanan mudik sangat cocok menjadi bahan materi dalam waktu ceramah pelaksanaan shalat Jumat, 4 April 2025.
Melalui teks khutbah Jumat singkat ini, bisa menjadi acuan bagi umat Muslim khususnya jemaah shalat Jumat agar tidak kehilangan esensi mudik.
Maka dari itu, tvOnenews.com akan mengambil judul teks khutbah Jumat singkat dengan bertajuk "Perjalanan Jauh Tanpa Tujuan, Ketika Mudik Hilang Maknanya".
Teks Khutbah Jumat Singkat Tema Perjalanan Jauh Tanpa Tujuan, Ketika Mudik Hilang Maknanya
- Istimewa
xاَللهُ أَكْبَرُ3،xاَللهُ أَكْبَرُ3،xاَللهُ أَكْبَرُ3
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَعَزَّنَا بِهِ قُوَّةً وَإِيْمَانًا، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا فَجَعَلَنَا أَحِبَّةً وَإِخْوَانًا، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى وَرَحْمَةً وَتِبْيَانًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، هَدَى اللهُ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ، وَعَلَّمَ بِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ، وَأَعَزَّ بِهِ بَعْدَ الذِّلَّةِ، وَكَثَّرَ بِهِ بَعْدَ القِلَّةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ كَانُوا لَهُ عَلَى الْحَقِّ إِخْوَانًا وَأَعْوَانًا؛ أَمَّا بَعْدُ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Hadirin shalat Jumat yang diberkahi Allah
Marilah kita senantiasa mengucap rasa syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan alam semesta. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir yang membawa kebenaran dan berusaha agar manusia terhindar dari kebodohan.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan mengulas sedikit terkait mudik sesuai dengan kondisi umat Muslim saat ini.
Mudik telah menjadi tradisi besar bahkan sudah sangat melekat untuk masyarakat Indonesia. Setiap umat Muslim selalu menantikan momentum terbaik ini saat suasana Hari Raya Idul Fitri.
Mudik memberikan dampak jalanan penuh sesak, terminal padat, tiket habis terjual semuanya demi satu tujuan, yakni pulang ke kampung halaman.
Akan tetapi, benarkah setiap perjalanan itu bermakna? Apakah kita sudah memaknai mudik dengan tujuan yang benar? Khahtib akan menerangkan tentang mudik antara tradisi dan spiritualitas.
Sidang Jumat yang berbahagia
Mudik bukan hanya soal mobilitas, tapi juga tentang spiritualitas dan sosialitas. Dalam Islam, setiap perjalanan, jika diniatkan dengan kebaikan, bernilai ibadah.
Salah satu tujuan utama mudik yang penuh makna adalah untuk mempererat silaturahmi, menyambung kembali hubungan yang mungkin sempat renggang selama setahun penuh.
Sebagaimana dalam hadis riwayat terkait esensi mudik membentuk silaturahmi, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari no. 5986 & Muslim no. 2557)
Namun sayangnya, tidak sedikit dari kita yang menjadikan mudik hanya sebagai rutinitas tahunan, bahkan sebagai ajang pamer kekayaan, liburan, atau malah untuk menghindari konflik keluarga tanpa niat memperbaiki hubungan.
In akan memunculkan dengan sebutan mudik yang kehilangan makna, baik dari segi perjalanan jauh, penuh biaya dan tenaga, tapi tidak membawa nilai spiritual.
Kaum muslimin rahimahumullah
Khatib akan mengingatkan tentang ketika perjalanan mudik menjadi sia-sia. Tanpa niat yang benar, mudik justru bisa mendatangkan kesia-siaan, bahkan potensi dosa.
Ketika seseorang pulang kampung hanya untuk memamerkan harta, membanggakan status, atau menyakiti hati kerabat dengan kata-kata kasar dan sindiran, maka itu bertentangan dengan semangat ukhuwah Islamiyah.
Alih-alih mendapatkan pahala, perjalanan itu bisa menjadi beban, seperti tubuh yang pulang ke rumah, tapi hati tak pernah benar-benar hadir di sana.
Kita harus mengetahui bagaimana cara memaknai ulang tradisi mudik. Tujuannya adalah agar mudik tak kehilangan maknanya. Mari kita membenahi niat dan tindakan sebagai berikut:
1. Meniatkan sebagai ibadah, bukan sekadar jalan-jalan.
2. Mengunjungi orang tua dan kerabat bukan hanya karena kewajiban, tapi dengan penuh kasih sayang.
3. Memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf dan memaafkan, menghapus dendam yang mungkin telah lama tumbuh.
4. Menjadikan mudik sebagai sarana untuk berbagi rezeki, bukan memamerkannya.
Rasulullah SAW adalah teladan dalam menjaga hubungan kekeluargaan. Bahkan terhadap orang-orang yang menyakitinya, beliau tetap menjalin hubungan dan memaafkan. Ini adalah esensi dari silaturahmi dalam Islam.
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Demikianlah sesi khutbah pertama yang dapat khatib sampaikan pada kesempatan hari Jumat ini. Kita jangan membiarkan perjalanan yang jauh, melelahkan, dan penuh pengorbanan hanya menjadi rutinitas kosong. Mudik adalah momen emas untuk memperbaiki hubungan dan memperkaya pahala.
Marilah menjadikan setiap langkah dalam mudik kita sebagai amal, bukan sekadar ritual karena pulang yang sejati bukan hanya kembali ke rumah, tapi juga kembali ke hati mereka yang menyayangi kita.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kementerian Agama RI, Yusuf Al-Qaradawi, Fiqh Prioritas: Panduan Membedakan Amal yang Utama, Mizan, 2001, NU Online, dan berbagai sumber lainnya.
Load more