Teks Khutbah Idul Fitri 2025 Singkat: Kembali ke Maksiat setelah Ramadhan Tanda Puasa Sia-sia
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Hari Raya Idul Fitri memberikan makna sebagai hari kemenangan, baik dari terhindar perbuatan maksiat sebagai bahan renungan dalam teks khutbah Idul Fitri singkat kali ini.
Teks khutbah Idul Fitri memberikan pesan kepada jemaah shalat Id bahwa, bulan Ramadhan mengajarkan agar semakin meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Terkadang, iman dan takwa dengan mudahnya luntur kembali berbuat maksiat setelah Ramadhan. Fenomena ini menjadi bahan paling menarik dibahas sebagai materi teks khutbah Idul Fitri.
Perbuatan maksiat saat Hari Raya Idul Fitri mengingatkan bahwa, ibadah puasa di bulan Ramadhan hanya sebatas formalitas, tidak berbuah manis terhadap kehidupannya sehari-hari.
Teks khutbah Idul Fitri tentang perbuatan maksiat selepas bulan Ramadhan cocok menjadi bahan khatib shalat Id pada Senin, (31/3/2025).
Ada pun teks khutbah Idul Fitri singkat ini bertajuk "Kembali ke Maksiat setelah Ramadhan Tanda Puasa Sia-sia".
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat Tema Kembali ke Maksiat setelah Ramadhan Tanda Puasa Sia-sia
- iStockPhoto
xاَللهُ أَكْبَرُ3،xاَللهُ أَكْبَرُ3،xاَللهُ أَكْبَرُ3
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَعَزَّنَا بِهِ قُوَّةً وَإِيْمَانًا، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا فَجَعَلَنَا أَحِبَّةً وَإِخْوَانًا، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى وَرَحْمَةً وَتِبْيَانًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، هَدَى اللهُ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ، وَعَلَّمَ بِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ، وَأَعَزَّ بِهِ بَعْدَ الذِّلَّةِ، وَكَثَّرَ بِهِ بَعْدَ القِلَّةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ كَانُوا لَهُ عَلَى الْحَقِّ إِخْوَانًا وَأَعْوَانًا؛ أَمَّا بَعْدُ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Hadirin shalat Id yang dirahmati Allah
Pertama-tama, marilah kita senantiasa memuji syukur tercurahkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pemberi kenikmatan bagi kita telah melalui bulan Ramadhan sebulan penuh.
Tak lupa, khatib mengajak jemaah shalat Id sekalian untuk senantiasa bersholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW. Tidak ada manusia menjadi idola kita selain beliau yang telah terpilih menuntun kita selalu bertakwa kepada Allah SWT.
Jemaah shalat Id yang berbahagia
Idul Fitri adalah momen kemenangan setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa. Umat Islam bertakbir, bersyukur, dan merayakan hari yang suci dengan penuh kebahagiaan.
Namun, setelah Ramadhan berlalu, muncul pertanyaan reflektif apakah kita akan tetap menjaga ketakwaan atau kembali ke kebiasaan lama yang penuh maksiat?
Idul Fitri memiliki makna kembali ke fitrah, yakni kesucian jiwa yang terbebas dari dosa. Jika setelah Ramadhan kita kembali kepada kemaksiatan, apakah itu berarti puasa kita tidak membuahkan hasil?
Pada waktu kultum yang singkat ini, saya selaku khatib akan membahas tanda-tanda puasa yang diterima, serta cara agar kita tetap istiqamah dalam ketaatan setelah Ramadhan.
Pertama-tama mengenai hakikat Ramadhan dan tujuan puasa yang begitu berkah telah kita lalui bersama, sebagaimana seruan menjalankan ibadah puasa termaktub dalam Surat Al-Baqarah Ayat 183, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah, 2:183).
Ayat ini seolah-olah menunjukkan sekaligus mengingatkan kepada kita semua bahwa, tujuan utama puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, melainkan membentuk pribadi yang bertakwa.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang seharusnya menjadi madrasah ruhani, tempat kita melatih diri untuk menjauhi dosa dan meningkatkan kualitas ibadah.
Tanda puasa yang diterima adalah adanya perubahan perilaku setelah Ramadhan. Jika setelah bulan suci kita kembali kepada kebiasaan buruk seperti meninggalkan shalat, berkata kasar, atau berbuat dosa, itu bisa menjadi indikasi bahwa puasa kita belum berbuah dengan baik.
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Mengapa banyak sekali orang yang kembali ke maksiat setelah bulan Ramadhan berlalu, ibaratnya ibadah selama di bulan suci seakan-akan tidak berfungsi sama sekali.
Beberapa alasan mengapa seseorang mudah kembali ke maksiat setelah Ramadhan, antara lain:
1. Ibadah hanya sebatas rutinitas
Banyak yang menjalani ibadah di bulan Ramadhan hanya sebagai kebiasaan tahunan, bukan sebagai upaya perubahan diri.
2. Godaan hawa nafsu dan setan
Setelah Ramadhan, setan kembali dilepaskan dan hawa nafsu lebih mudah dikendalikan saat berpuasa.
3. Faktor lingkungan yang tidak mendukung
Jika seseorang kembali bergaul dengan lingkungan yang kurang baik, akan sulit untuk mempertahankan kebiasaan baik yang diperoleh di bulan suci.
4. Kurangnya pemahaman menjaga iman dan takwa kepada Allah SWT
Banyak yang menganggap bahwa Ramadhan adalah satu-satunya waktu untuk meningkatkan ibadah, padahal ketakwaan harus dijaga sepanjang tahun.
Keempat poin ini sebenarnya bisa menjadi alarm bagi kita, apabila mengetahui cara menjaga ketaatan setelah Ramadhan. Hal ini sangat berguna untuk terhindar dari perbuatan maksiat.
Ada beberapa cara paling mustajab agar tidak kembali ke maksiat setelah Ramadhan, antara lain:
1. Melanjutkan kebiasaan ibadah dari Ramadhan
Minimal kita tetap istiqamah menjalankan shalat malam, membaca Al-Quran, serta berpuasa sunnah, seperti puasa Syawal dan Senin-Kamis.
2. Mencari lingkungan yang baik dan bermanfaat
Berkumpul dengan orang-orang yang shalih dapat membantu menjaga semangat ibadah dan menghindari kebiasaan buruk.
3. Memperbanyak doa dan dzikir
Berdoa agar Allah SWT memberikan keistiqamahan dalam kebaikan dan selalu mengingat kematian sebagai motivasi untuk menjauhi dosa.
4. Merenungkan akibat maksiat
Menyadari bahwa setiap dosa akan mendapat balasan dan hanya ketakwaan yang akan menyelamatkan di akhirat kelak.
Jemaah shalat Id yang diberkahi Allah
Selesai sudah waktu kultum dalam menyampaikan teks khutbah Idul Fitri yang materinya begitu dahsyat menjadi pengingat kehidupan kita. Kembali ke maksiat setelah Ramadhan bisa menjadi tanda bahwa puasa kita belum berbuah dengan baik.
Ramadhan seharusnya menjadi titik awal perubahan, bukan hanya sekadar ritual tahunan. Jika kita ingin mendapatkan keberkahan dari ibadah yang telah dilakukan, maka menjaga ketakwaan setelah Ramadhan adalah hal yang wajib.
Allah tidak hanya ada di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang tahun. Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan sebagai sarana untuk memperbaiki diri secara berkelanjutan agar kita tidak termasuk orang yang merugi.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kemenag RI, Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, Buku Menjaga Ketakwaan Pasca Ramadhan oleh Dr. Said Hawwa, NU Online.
Load more