Tak Tahan Lagi, Hubungan Suami Istri saat Hari Raya Idul Fitri Sebenarnya Dosa Gak Sih? Buya Yahya Ungkap Hukumnya
- Tangkapan layar YouTube Al-Bahjah TV
"Suami istri halal karena bukan suatu hari yang terlarang, apalagi hari raya berarti hari bersenang-senang," terang Buya Yahya.
Pengasuh LPD Al Bahjah itu mendefinisikan tentang Lebaran Idul Fitri di dalamnya ada kata "hari raya".
Terkait Hari Raya Idul Fitri, Buya Yahya menjelaskan bahwa, setiap umat Muslim merayakan kemenangan dan kembali mendapatkan fitrahnya.
Melalui fitrah tersebut, setiap umat Muslim menumpahkan kebahagiaannya, ada yang bersilaturahmi, balas dendam menyantap makanan enak, hingga memenuhi kebutuhan biologisnya.
Buya Yahya menegaskan, pada momentum hari raya menandakan hari kebebasan dan tidak dilarang untuk melakukan sesuatu, selama hal tersebut tidak menimbulkan dosa.
"Mau makan enak, berhubungan istri dan macam-macam ya tidak menjadi masalah karena kebebasan," jelasnya.
Dengan kelakarnya, Buya Yahya merasa heran banyak pandangan liar soal larangan suami istri bercumbu.
"Ada keyakinan-keyakinan aneh, ada orang mengatakan kalau 1 Muharram enggak boleh berhubungan suami istri, 10 Muharram kagak boleh juga, kemudian apalagi? Hari Raya Idul Adha atau Idul Fitri juga tidak boleh berhubungan," paparnya.
Pendakwah kelahiran asal Blitar itu mengingatkan bahwa, hari raya menandakan adanya kebebasan, bahkan tidak boleh menjalankan ibadah puasa sebagaimana kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT.
"Enggak tahu ilmu apa darimana itu. Enggak boleh (berpendapat seperti itu) karena hari halal, bahkan hari itu tidak boleh berpuasa," tuturnya.
"Kalau hubungan suami istri ya sudah Anda buka (puasa) saja, termasuk Hari Raya Idul Adha, hari Tasyrik enggak boleh kita berpuasa," sambungnya.
Buya Yahya memahami ada banyak tradisi dan kepercayaan masing-masing di setiap wilayah Nusantara, termasuk di antaranya melarang suami istri berhubungan intim.
Namun demikian, ia mengatakan bahwa, kepercayaan tersebut harus berdasarkan hadis maupun dalil yang kuat agar pembuktiannya bersifat sahih, tanpa mengada-ngada yang menimbulkan was-was.
"Ada lagi satu orang punya amalan hubungan suami istri hanya 10 Muharram, nasib buruk setahun sekali. Ilmunya bukan dari Baginda Nabi, makanya tersiksalah dia," tandasnya.
(hap)
Load more