Tak Bisa Itikaf? Ustaz Adi Hidayat Beri Kabar Baik, Lailatul Qadar Masih Bisa Diraih!
- freepik
tvOnenews.com - Ramadhan adalah bulan penuh berkah, dan di antara malam-malamnya, terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Salah satu amalan utama yang sangat dianjurkan untuk meraihnya adalah itikaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itikaf menjadi cara terbaik untuk menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan penuh kekhusyukan dan harapan mendapatkan rahmat serta ampunan-Nya.
Dalil dan Keutamaan I’tikaf
I’tikaf adalah sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
"Nabi ﷺ selalu beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau." (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan i’tikaf sangat besar, di antaranya:
-
Mendapatkan pahala ibadah yang luar biasa – I’tikaf memungkinkan seseorang untuk fokus sepenuhnya dalam ibadah, seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an.
-
Menghidupkan malam Lailatul Qadar – Dengan i’tikaf, peluang mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan semakin besar.
-
Mendekatkan diri kepada Allah – Menyendiri di masjid untuk beribadah membantu seseorang merenungi kehidupannya dan meningkatkan ketakwaan.
-
Menghapus dosa dan mendapatkan ampunan – Sebagaimana dalam hadits, Lailatul Qadar adalah malam penuh ampunan bagi orang yang beribadah dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah.
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Meskipun tidak ada ketentuan pasti kapan Lailatul Qadar terjadi, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa malam tersebut berada di 10 malam terakhir Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil. Hal ini berdasarkan hadits:
"Carilah Lailatul Qadar di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam-malam tersebut agar tidak melewatkan malam yang penuh kemuliaan ini.
Lalu bagaimana jika tidak itikaf? Apakah akan mendapat Lailatul Qadar? Bagaimana cara mendapatkannya jika tidak itikaf? Berikut penjelasan yang diberikan oleh Ustaz Adi Hidayat (UAH).
Mengenai hal ini, Ustaz Adi Hidayat terlebih dulu membuka dengan kisah satu hadis tentang seorang laki-laki datang bergabung di masjid Nabi lantas kemudian berdoa:
"Ya Allah tolong rahmati aku dan rahmati aku bersama Nabi Muhammad tapi jangan ikutkan yang lain kami aja berdua."
Mendengar hal itu, maka Nabi Muhammad SAW kemudian tersenyum tertawa dan merespon mengatakan:
"Fulan rahmat Allah itu luas jangan batasi untuk personal saja sepanjang itu punya nilai-nilai kebaikan."
Maka menurut Ustaz Adi Hidayat, analogi ini jika kemudian dibawa sifat umum, maka tidak bisa disimpulkan bahwa yang mendapat Lailatul Qadar hanya yang melakukan itikaf.
“Jangan simpulkan potensi untuk mendapatkan kemuliaan itu bagi yang itikaf saja, karena rahmat Allah begitu luas,” ujar UAH, dikutip tvOnenews.com dari ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube Adi Hidayat Official.
Hal ini karena ada yang bisa itikaf ada yang tak bisa itikaf akibat halangan-halangan tertentu.
“Maka timbanglah keadaannya,” ujar UAH.
Ustaz Adi Hidayat kemudian mengambil contoh misalnya seorang wanita yang harus merawat anaknya sehingga tidak bisa itikaf, maka tentu bisa tetap mendapatkan malam Lailatul Qadar.
“Bila memang dalam kondisi di rumah itu lebih utama yang harus dikerjakan seperti merawat anak yang harus memang dijaga tak bisa ditinggalkan yang kalau dibawa pun ke masjid malah merusak konsentrasi kekhusyuan orang itikaf,” jelas UAH.
Kemudian kondisi kedua, ketaatan suami jauh lebih utama, maka seorang wanita meski tidak itikaf tetap bisa mendapatkan Lailatul Qadar.
“Kemudian yang kedua ada ketaatan pada suami yang harus dilakukan di rumah yang harus dikerjakan di rumah,” tandas UAH.
“Hukum menaati suami merawat anak-anak hukumnya wajib, itikaf itu hukumnya sunah,” lanjutnya.
Maka ketika bertemu yang wajib dengan yang sunnah tentu pesan Ustaz Adi Hidayat adalah mendahulukan yang wajib.
“Didahulukan yang wajib,” pesan UAH.
Namun penerimaan Allah, kata Ustaz Adi Hidayat tentu berdasarkan keikhlasan dalam menjalani perbuatan tersebut.
“Adapun penerimaan di sisi Allah itu bergantung kepada ikhlas dan baiknya niat kita,” ungkap UAH.
“Boleh jadi yang itikaf, dia baca Al-Qur'an, dia shalat tapi tidak dapat keikhlasan dalam hatinya belum tentu dia mendapatkan potensi kebaikan,” tambahnya melanjutkan.
Maka pesan Ustaz Adi Hidayat, jika sudah masuk 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan seriuslah dalam beribadah, bukan malah sibuk dengan urusan duniawi. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Nabi Muhammad SAW serius berpisah dengan keluarganya dulu menghidupkan malamnya,” jelas UAH.
Namun di bagian akhir hadis itu ada pesan mendalam yang jika didalami maka kata Ustaz Adi Hidayat ketika Nabi Muhammad SAW itikaf ada keluarga yang ditinggalkan.
“Jadi di hadis tadi tuh begini nabi kalau datang 10 terakhir ke masjid mengencangkan sarungnya maksudnya berpisah sementara dengan keluarga menghidupkan malamnya dan mengingatkan keluarga di rumah supaya bangun malam,” jelas UAH.
“Artinya apa artinya Ibu ada yang di rumah yang enggak ikut ke masjid dan itu istri-istrinya. Namun istri-istri Nabi tidak ikut ke masjid tapi oleh Nabi diminta bangun malam,” lanjut UAH.
Jadi yang penting dari mendapatkan malam Lailatul Qadar itu adalah bagaimana menghidupkan malam tersebut.
“Ibu bayangkan yang penting dapat malam al Qadar itu menghidupkan malamnya,” jelas UAH.
“Maka ketika di rumah pun bangun malam tidak sempat datang ke masjid karena hal tertentu, dia tetap berpotensi mendapatkan malam Al Qadar,” lanjut UAH.
Namun jika memang ada wanita yang bisa ke masjid, disarankan lakukan persiapan berikut. Hal ini karena sebelum melaksanakan itikaf, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh wanita Muslimah agar ibadah ini berjalan dengan lancar dan khusyuk:
Memilih Tempat yang Sesuai
Wanita diperbolehkan melaksanakan itikaf di masjid yang mengadakan i’tikaf khusus untuk wanita atau di rumah jika terdapat kendala pergi ke masjid. Beberapa ulama membolehkan wanita i’tikaf di rumah dengan menyediakan tempat khusus untuk beribadah.
Mendapatkan Izin Suami atau Wali
Jika seorang wanita sudah menikah, maka ia perlu meminta izin dari suaminya untuk melaksanakan itikaf di masjid. Bagi yang belum menikah, meminta izin dari orang tua juga merupakan adab yang baik dalam Islam.
Menjaga Kesucian dan Kebersihan
Sebelum memulai itikaf, pastikan diri dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil. Membawa perlengkapan pribadi seperti mukena, sajadah, dan pakaian yang nyaman juga penting agar tetap bisa beribadah dengan baik.
Membawa Perlengkapan Secukupnya
Jika berencana itikaf di masjid, bawalah perlengkapan secukupnya seperti Al-Qur’an, buku dzikir, dan makanan ringan agar ibadah tetap nyaman tanpa mengganggu orang lain.
Memastikan Waktu Itikaf
Itikaf bisa dilakukan selama satu malam atau lebih, tergantung kemampuan. Namun, yang paling utama adalah di 10 malam terakhir Ramadhan untuk mencari malam Lailatul Qadar.
Itulah penjelasan tentang Lailatul Qadae, khususnya bagi Muslimah yang tidak bisa itikaf. Malam ini adalah malam terakhir bulan Ramadhan 2025, maka ini kesempatan emas terakhir bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan persiapan yang matang, niat yang ikhlas, serta amalan yang sesuai sunnah, maka malam terakhir di bulan Ramadhan tentu bisa menjadi ibadah yang sangat bermakna. Keutamaan yang diberikan Allah bagi mereka yang bersungguh-sungguh ibadah sangat besar, termasuk peluang mendapatkan Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
Wallahu’alam bishawab
(put)
Load more