Tolong Jangan Keliru Lagi, Gus Baha Tegaskan Kalimat Tauhid Boleh Diamalkan saat Ziarah Kubur, Ternyata karena ini
- Tim tvOne
tvOnenews.com - Ziarah kubur menjadi salah satu kegiatan yang telah mendarah daging dan tradisi umat Muslim di Indonesia.
Ziarah kubur akan melibatkan berbagai bacaan yang di dalamnya mengandung doa dan dzikir, termasuk salah satunya adalah kalimat Tauhid.
Beberapa orang menganggap kalimat Tauhid tidak lagi bermakna, apabila digetarkan saat ziarah kubur dan tahlilan.
Namun, sebagian orang lainnya memperkuat keyakinan ketika ziarah kubur maupun tahlilan, masih boleh dan dianjurkan membaca kalimat Tauhid.
Lantas, mana yang benar soal hukum membaca kalimat tauhid saat ziarah kubur?
- Tim TvOne/Taufik Hidayat
Gus Baha saat mengisi acara dalam pelantikan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Taiwan, memaparkan masih banyak orang yang ragu, hanya perkara kalimat tauhid dibaca di area kuburan.
Area kuburan menjadi salah satu tempat sakral. Artinya, ada hal tidak perlu dilakukan oleh umat Muslim saat berada di area tersebut.
Gus Baha mendengar kalimat Tauhid tidak akan berfungsi sebagai kalimat tayyibah lagi. Bacaannya memiliki nasih yang tak beruntung saat diamalkan pada waktu tahlilan hingga ziarah kubur.
Gus Baha membantah pernyataan tersebut. Sebab, kalimat Tauhid sangat bermakna bahwa tafsirnya begitu mendalam, yang artinya tetap spesial dan tidak melunturkan tujuannya di dua waktu ini.
"Saya pastikan bahwa kalimat La Ilahaillallah tetap kalimat tayyibah meskipun dibaca di masjid, di kuburan, atau pas tahlilan. Karena status kalimat ini sangat luar biasa," ungkap Gus Baha dikutip tvOnenews.com, Kamis (20/2/2025).
Pendakwah kondang asal Rembang ini mengatakan kalimat dengan bacaan "La Ilahailallah" boleh digetarkan kapan pun dan di mana pun, tanpa ada batasan soal ketentuan mengamalkannya.
Menurutnya, kalimat La Ilahailallah bisa membuat seorang mukmin sangat senang dan mengobarkan rasa semangat di dalam dirinya, apalagi jika sudah sangat fasih membaca amalan dzikir ini.
Ia menjelaskan mengapa kalimat Tauhid begitu spesial, karena berkaitan dengan penciptaan bumi dan langit.
Seorang Rasul pun, kata Gus Baha, sangat diwajibkan senantiasa membaca kalimat La Ilahaillallah.
Gus Baha menyarankan pengajian selalu dirutinkan untuk memahami hal-hal yang boleh dan dilarang dalam syariat agama Islam. Tujuannya mencegah kekeliruan perspektif tanpa ada landasannya.
"Maka pentingnya ngaji agar tahu spesial kalimat ini, jika spesial maka yang terjadi selanjutnya adalah menghormati orang yang membaca kalimat ini. Siapa pun yang membacanya," terang dia.
"Karena kalimat La Ilahaillallah spesial maka siapapun yang membacanya akan ikut spesial juga. Tidak peduli status sosial," sambungnya.
Secara logikanya, Gusu menjelaskan tidak ada kesesatan yang dialami oleh orang mukmin sejak menggetarkan kalimat spesial tersebut.
Ada pun kondisi orang kafir sangat beruntung jika mengucap kalimat Tauhid, setidaknya sangat membantu menghapus segala dosa atas izin dari Allah SWT.
"Kalimat ini bukan kalimat biasa, maka para kiai dan Walisongo dulu mencari formula agar kalimat ini familiar maka dilatih secara masif dan berulang kali," tutur Gus Baha.
"Sebab, pengulangannya butuh momentum maka yang paling pas yaitu saat ada orang mati, istighosah dan habis shalat. Kemudian ajak mengisi wiridan," lanjutnya lagi.
Al-Mizan berupa timbangan dan perjanjian sebagai ciri-ciri dari kalimat La Ilahaillallah. Maksudnya, sebutan ini berguna bagaimana cara menentukan keimanan yang dikuatkan seseorang kepada Allah SWT.
"Orang yang mengucapkan kalimat ini harus yakin bahwa kalimat ini istimewa. Tidak perlu takut dan khawatir dengan apa pun. Jadi saya pastikan, kultur-kultur ini harus dibela secara ilmiah dan sosiologis," tandasnya.
(hap)
Load more