Kenapa Puasa Sunnah Menjadi Amalan Terbanyak di Bulan Syaban? Ustaz Adi Hidayat Bilang Waktu Terbaik Raih Keutamaan
- Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official
"Apabila tersisa separuh bulan Syaban, janganlah berpuasa." (HR. Tirmidzi Nomor 738 & Abu Dawud Nomor 2337)
Hadis riwayat lainnya menegaskan pernyataan puasa sunnah dilarang sampai bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:
"Jika tersisa separuh bulan Syaban, maka tidak ada puasa sampai datang Ramadhan." (HR. Ibnu Majah Nomor 1651)
Meski begitu, UAH mengingatkan kekeliruan hal ini tidak boleh disalahartikan. Maksud hadis riwayat ini, puasa sunnah tidak diperkenankan ketika selesai pertengahan tanggal bulan Syaban atau malam Nisfu Syaban.
"Termasuk melalui waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan, seperti bulan Syaban," tegas dia.
Kendati demikian, Direktur Quantum Akhyar Institute itu tidak ingin larut-larut mempermasalahkan hal ini. Sebab, puasa sunnah menjadi amalan terbaik dari sunnah Nabi Muhammad SAW, apabila sesuai dengan ketentuan hadis riwayat di atas.
"Amalan yang spesifik yang banyak dikerjakan oleh Nabi SAW itu ternyata puasa," ucap UAH.
Puasa sunnah menjadi kebiasaan Nabi SAW, memang cukup membingungkan para sahabat dan langsung mengonfirmasi kepada beliau.
Salah satu pengurus di PP Muhammadiyah itu menerangkan keistimewaannya terdapat dua hal. Pertama memelihara amal saleh dan menghindari kesalahan.
Puasa sunnah ini selain melatih diri agar tidak kaget saat Ramadhan, juga sebagai alasan senang melakukan amalan sedekah hingga pengamalan Al Quran saat diuji menahan hawa nafsu.
"Karena itu orang puasa amalannya cenderung baik. Nah, kalau (amalan) sudah baik, disampaikanlah kepada Allah ketika kondisi yang terbaik. Seraya, 'Ya Allah, si Fulan hamba-Mu puasa', 'Ya Allah, si Fulan sedang membaca Al Quran', 'Ya Allah, saat ini si Fulan sedang sedekah'. Jadi, semua itu baik," tandasnya.
(hap)
Load more