Kisah Najwa Shihab, Pengalaman Jadi Kalangan Minoritas Agama di Amerika Serikat hingga Diledek ketika Shalat
- Istimewa
Putri Quraish Shihab itu menyatakan tidak ada intimidasi yang diterima olehnya. Meskipun ibu dan keluarga angkat selama menetap di AS memegang kepercayaan Katolik Roma.
Ibu angkatnya pun kerap kali menemani Nana menjalani ibadah puasa selama di bulan Ramadhan.
Nana menjelaskan bahwa ibu angkatnya telah mengetahui sahur sebagai penguat tubuh saat beribadah puasa. Hal ini membuat keluarga itu menyiapkan hidangan kepada sang jurnalis.
Tak hanya sahur, ibu angkatnya juga tidak sungkan memberikan hidangan kepada Nana saat buka puasa.
Kebetulan lokasi masjid dari rumah tersebut membutuhkan jarak tempuh yang jauh dan harus keluar kota untuk bisa beribadah shalat Idul Fitri.
Jarak tempuh menuju masjid paling terdekat saat itu berada di New York City. Nana harus membutuhkan waktu selama tiga jam dari kota kecil, Brodlyn.
Bapak angkatnya pun suka rela mengantarkan Nana untuk ibadah shalat Idul Fitri di masjid. Apalagi, tidak memperdulikan jarak tempuhnya.
Selain itu, Nana juga pernah mendapat perlakuan seperti sedang diintimidasi saat di AS.
Nana kala itu tengah mengerjakan shalat di salah satu ruangan perpustakaan di AS.
Salah seorang tiba-tiba mengatakan kepada Nana setelah melaksanakan shalat dengan ucapan bak menyinggung terhadap Muslim.
Bahwasanya masyarakat di sana telah menanamkan perspektif seakan-akan orang Muslim atau penganut agama Islam layaknya dianggap melakukan tindakan sadis.
Mereka juga berspekulasi bahwa orang Muslim seperti teroris yang doyan memakan korban jiwa.
"Sebagai seorang Muslim, kamu sudah pernah membunuh berapa orang?," kata Nana sambil mengutip ucapan orang tersebut di ruangan perpustakaan AS.
Ia merasakan momen tersebut tidak hanya sebagai siswi yang menjalani proses pendidikan melalui pertukaran pelajar, tetapi juga telah menjadi wartawan.
Berbagai peristiwa menjadi momentum paling mengesankan bagi Nana, dimulai dari peperangan, penyerahan dan penggunaan senjata, bencana alam.
Kemudian, ia juga telah merasakan lahirnya negara baru hinggan konflik yang terjadi selama di AS.
Ia yang berstatus minoritas mempunyai keunggulan luar biasa mampu bergaul kepada siapa pun, dimulai dari tokoh ternama, presiden, politisi, teroris, koruptor, dan pihak-pihak lainnya.
Load more