Kisah Mualaf Mike Tyson: Ngaku Malas Ibadah Tapi Mau Meninggal dalam Keadaan Islam
- Instagram/miketyson
tvOnenews.com - Selain karir sebagai petinju kelas berat terhebat sepanjang masa yang dijuluki si “Tangan Besi”, kisah mualaf Mike Tyson tentu menjadi inspirasi tersendiri bagi siapapun.
Petinju legendaris yang bernama lengkap Michael Gerard Tyson itu lahir 30 Juni 1966.
Pada awal karirnya, Mike Tyson dijuluki "Iron Mike" dan "Kid Dynamite" hingga kemudian ia dikenal sebagai "The Baddest Man on the Planet".
Mantan juara dunia dan petinju profesional Amerika Serikat yang berkompetisi dari 1985 hingga 2005 terlahir sebagai seorang Kristen.
![]()
Mike Tyson (Sumber: Instagram/@miketyson)
Sama seperti idolanya, Muhammad Ali atau yang sebelumnya bernama Cassius Clay, pada awal 1990-an, Mike Tyson memutuskan masuk Islam atau menjadi mualaf.
Saat ia masuk Islam, dirinya sudah tidak aktif di dunia tinju dan proses ia jadi mualaf ketika menghabiskan waktu di penjara.
Sebagai informasi, pada sekitar tahun 1990-an, petinju legendaris itu dilaporkan atas kasus pemerkosaan pada seorang wanita yang ia temui di klub malam, New York.
Dalam kasus itu, petinju hebat yang mengidolakan Muhammad Ali itu dikabarkan mendapatkan banyak perhatian negatif setelah dihukum karena kasus pemerkosaan, dilansir dari republicworld.com.
Mike Tyson yang yang dikenal dengan kepribadiannya yang penuh kekerasan akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam.
Dalam sebuah wawancara yang ia lakukan setelah dibebaskan dari penjara, Mike Tyson mengatakan keputusan ia menjadi mualaf karena sangat tersentuh setelah membaca buku-buku tentang Islam.
Mike Tyson mengaku menjadi seorang muslim karena melihat Islam sebagai agama yang damai.
Dalam satu acara bernama 'Full Send Podcast' yang dibawakan oleh grup YouTube terkenal NELK Boys, Mike Tyson mengatakan bahwa dirinya sangat mencintai Tuhan.
"Saya memiliki karakteristik dari banyak agama, tapi saya seorang muslim,” ungkapnya.
Ia mengaku bisa bicara bahasa Yiddish atau Arab yang mungkin dikira merupakan salah satu dari keduanya.
“Seseorang mungkin berpikir jika saya berbicara bahasa Yiddish atau bahasa Arab, seseorang mungkin berpikir saya adalah salah satu dari keduanya. Tapi, saya mencintai Tuhan,” katanya.
Load more