tvOnenews.com - Nama Miftah Maulana Habiburrahman masih menjadi buah bibir publik. Kini Gus Miftah sapaan akrabnya kembali viral buntut adanya dugaan menyindir Cak Nun.
Gus Miftah yang sempat mendapat sorotan anak Cak Nun ternyata pernah memberikan ucapan diduga ditujukan kepada penceramah bernama asli Emha Ainun Nadjid.
Miftah diduga menyindir Cak Nun karena didasari dari kalimat sang tokoh intelektual Muslim itu sempat heboh dan mengandung kontroversial.
Ucapan Cak Nun menjadi sorotan Miftah lantaran menyebut sosok mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) disamakan seperti sosok Firaun.
Miftah pernah mengunggah sebuah sindiran diduga untuk Cak Nun yang menyebutkan perihal otak dan p*n**t melalui akun Instagram pribadinya pada Januari 2023 lalu.
"Akan datang satu saat di mana pantat lebih terhormat dibandingkan otak," ungkap Gus Miftah dilansir, Rabu (18/12/2024).
Miftah menyebut ucapan tersebut karena didasari adanya sakit hati saat memberikan penegasan pada penjelasannya.
Hal ini membuat pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta itu membandingkan dua bagian dalam anggota tubuh tersebut.
"Buktinya apa? Pantat saja kalau mau kentut masih tengok kanan kiri supaya tidak bau dan tidak ada yang tersakiti," tutur Miftah.
Miftah menganggap kebanyakan orang tidak memakai otak saat melontarkan ucapan. Ini memicu orang yang menjadi targetnya rentan sakit hati.
"Jadi, berpikirlah sebelum Anda bertindak," tegas dia.
Namun begitu, penjelasan tersebut menjadi nasihat untuk pribadinya agar selalu berhati-hati dalam memberikan ucapan kepada orang lain.
Sebelumnya, anak Cak Nun, Noe Letto diduga memberikan komentarnya soal polemik Gus Miftah memberikan guyonan kepada penjual es teh, Sunhaji di acara pengajian di Magelang, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Noe Letto diduga berkomentar terhadap polemik Miftah saat menghadiri acara Harlah ke-62 PAI UIN Saizu Purwokerto di Hetero Space, Purwokerto, Jumat (6/12/2024) lalu.
Perihal polemik Miftah, Noe Letto memberikan pengakuan pernah melihat kasus yang sama dialami oleh Sunhaji saat duduk di bangku SMA.
Saat masih SMA, Noe sering melihat seorang penjual bakso mendapat hinaan dari kerabatnya persis dilakukan oleh Gus Miftah kepada penjual es teh.
"Ketika SMA saya ingat ada penjual bakso lewat, (ada orang tanya) 'pak baksonya masih ada?', (tukang bakso bilang) 'masih', (orang tadi balas) 'ya dijual a*u'. Wallahi ceritanya seperti itu," ucap Noe Letto.
Kebetulan, kata anak Cak Nun itu, penjual bakso yang diolok-olok oleh kerabatnya karena masih mempunyai hubungan tetangga.
Faktor hubungan tetangga ini membuat kerabatnya sering memberikan guyonan berbau sensitif kepada penjual bakso tersebut.
"Ternyata penjual bakso itu tetangganya. Jadi ngomong kayak gitu ada konteks dan ada latar belakangnya. Itu dalam rangka berangkulan," terang dia.
Meski begitu, guyonan kerabat Noe Letto masih mengandung candaan mengandung unsur kedekatan tetangga bukan menghina sampai melontarkan ucapan tidak pantas.
"Sama persis loh kejadiannya (dengan Gus Miftah), yang membedakan apa nih? Bedanya gak ada (kata) g*knya," tegas anak Cak Nun itu.
Menurutnya, guyonan seperti ini memang sering terjadi di Yogyakarta. Ini berhubungan masih adanya kedekatan satu sama lain.
Noe menambahkan bahwa candaan tersebut tidak sampai mengandung ucapan tidak pantas. Penjual bakso mendapat guyonan dari kerabatnya juga menilai hal wajar.
"Itu standar guyonan anak-anak Jogja, memang. Tapi pada yang dikenal, ada tingkat kedekatan tertentu kan untuk bisa melakukan sesuatu," tandasnya.
(hap)
Load more