tvOnenews.com - Pengasuh LPD Al Bahjah, Buya Yahya mengingatkan ada waktu yang tidak boleh mendengungkan bacaan dzikir.
Buya Yahya menyampaikan bahwa orang yang dzikir pada waktu ini tidak akan meraih pahala dan hanya sia-sia.
"Ada waktu-waktunya berdzikir dengan lisan itu," ungkap Buya Yahya dinukil melalui tayangan channel YouTube Al-Bahjah TV, Kamis (21/11/2024).
Dzikir menjadi amalan dahsyat untuk orang mukmin yang dianjurkan oleh Allah SWT. Bacaan ini akan membawa keutamaan besar bagi yang mengamalkannya.
Soal waktu dzikir juga memiliki waktu terbaik, yakni pada pagi hari dan petang.
Orang mukmin membaca dzikir dimulai dari terbitnya fajar shadiq atau waktu Subuh sampai matahari terbit menjadi momentum terbaik untuk meraih banyak pahala.
Adapun waktu keduanya untuk orang yang tidak menyempatkan dzikir pada fajar shadiq bisa mengamalkannya dari mulai pagi hari sampai batas akhir waktu shalat Dhuha atau menjelang adzan Dzuhur.
Kemudian, perihal waktu dzikir pada petang bermula dari waktu Ashar sampai matahari terbenam atau memasuki tanda berkumandangnya adzan Maghrib.
Soal solusi keduanya, jika telat atau tidak sempat mengamalkan dzikir sejak terbenamnya matahari bisa membacanya dari waktu petang hingga menjelang sepertiga malam.
Anjuran waktu mengamalkan dzikir setelah shalat telah menjadi penjelasan dalam dalil Al Quran dari Surat An Nisa Ayat 103, Allah SWT berfirman:
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا
Artinya: "Apabila kamu telah menyelesaikan shalat, berdzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah shalat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin." (QS. An Nisa, 4:103)
Namun demikian, pendakwah lahir di Blitar itu menyatakan bahwa waktu khusus ini jangan digunakan untuk mengucap dzikir secara lisan.
Adapun jenis keduanya berbentuk hanya diucapkan dalam hati atau seorang mukmin tanpa mengeluarkan suara namun sedang melantunkan dzikir.
Buya Yahya berharap lisan selalu digunakan untuk mendengungkan bacaan dzikir. Amalan ini berupa pujian dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
Soal lisan, pendakwah karismatik ternama di Indonesia ini menegaskan bahwa ada bahaya yang harus diperhatikan seksama.
Seorang mukmin berupaya ucap dzikir lewat lisan baik tidak sengaja atau sengaja bisa memancing amarah orang hingga perasaannya terluka.
Saat orang tua ingin berkomunikasi kepada anaknya atau orang yang lebih muda tidak boleh mengucap dzikir pada momen ini.
Bahwasanya cara ini menjadi waktu terbaik untuk selalu menghormati orang lebih tua. Apalagi jika seorang anak mendapat perhatian dari ibu atau ayahnya.
Buya Yahya menyarankan agar bacaan dzikir ditunda lebih dulu saat orang tua mau mengobrol bersama anaknya.
"Diajak ngomong sama ibunya kok malah (zikir) la ilaha illallah, la ilaha illallah, kurang ajar sama ibunya itu," tukasnya.
(kmr/hap)
Load more