Kevin Diks Resmi Bela Timnas Indonesia Berkat Punya Marga Bakarbessy, Sejarah Kampungnya Jadi Tempat Penyebaran Agama
- Kolase tim tvOnenews & Instagram/@kevindiks2
Kehadiran Pendeta van Horen menjadi tanda pertama penyebaran nilai-nilai termaktub dalam kitab Injil. Ia menjalankan tugasnya di pegunungan Salahutu.
Sang pendeta bersama dua pembantunya memberikan tuntunan warga yang tinggal di pegunungan tersebut. Para penghuni ddiharapkan untuk berdiam diri.
Di tepi pantai, warga yang berdiam diri agar bisa memenuhi segala permintaannya, terutama mendapatkan hak kebutuhannya.
Saat proses musyawarah, Negeri Nani dipililh menjadi tempat menciptakan keputusan migrasi. Mereka berupaya mencari tempat pemukiman baru.
Meski demikian, ada kegagalan menjadi kenyataan pahit bagi mereka untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Targetnya mengalami banjir dan harus mencari cara lain untuk tetap hidup.
Johanis Tuhalauruw akhirnya menggantikan posisi Sultan Nuhurela. Pengalihan ini terjadi saat Johanis coba menancapkan tombak pusaka dan kiming (kelopak kering bunga kelapa) di daratan itu.
Dari pelemparan tombak pusaka dan kiming dapat memunculkan perbukitan karang, meski jumlahnya sedikit.
Hasil keputusan musyawarah dari raja kampung negeri Nani, Moyang Barnadus sukses mendapatkan tahta kepemimpinan di negeri baru.
Pada akhirnya memunculkan nama Waai di mana mengandung makna sungai besar menghempit Negeri Waai di Gunung Salahutu.
Di tepi pantai ini melahirkan empat marga keluarga, antara lain Tahitu, Lumasina, Matapere, dan Bakarbessy.
Marga Matapere dinobatkan pemimpin Barnadus. Kelompok ini diharapkan harus berhadapan dengan orang-orang Belanda meski gagal melakukan perannya.
Marga Bakarbessy akhirnya mengambil alih peran raja pasca Barnadus tidak kuasa menghadapi Belanda.
(hap)
Load more