Jakarta, tvOnenews.com - Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyoroti program Presiden Prabowo Subianto yang disebut dengan Ekonomi Papi.
Dimana Anwar Abbas mengingatkan bahwa Sumitro Djojohadikusumo adalah sang Begawan ekonomi indonesia yang berhaluan sosialis.
Lalu apakah ini bertentangan dengan sistem ekonomi konstitusi?
Anwar Abbas mengingatkan, menurut Bung Hatta sistem ekonomi kita memang bukan sistem ekonomi liberalisme kapitalisme dan juga bukan sosialisme marxisme.
“Sistem ekonomi kita menurutnya (Bung Hatta, sistem ekonomi sosialisme versi indonesia. Seperti apakah sistem ekonomi sosialisme versi indonesia itu? Sri Edy Swasono menyebutnya dengan istilah sosialisme religius,” ujar Anwar Abbas dalam keterangannya yang diterima oleh tim tvOnenews.com di Jakarta pada Senin (28/10/2024).
“Sementara mubyarto menyebutnya dengan sistem ekonomi Pancasila, yaitu sebuah sistem ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai dari Ketuhanan Yang Maha Esa dan dengan 4 sila berikutnya,” sambung Anwar Abbas.
Maka menurut Anwar Abbas perlu ada dialog di antara kita agar sistem ekonomi berhaluan sosialis yang disampaikan Sumitro Djojohadikusumo tidak berbenturan dengan ketentuan yang ada dalam konstitusi apalagi dalam pasal 29 ayat 1 dari UUD 1945.
“Dimana dalam pasal tersebut dikatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang menuntut setiap kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi tidak boleh ada yang bertentangan dengan nilai-nilai dari ajaran agama,” jelasnya.
Maka dengan demikian kata Anwar Abbas wajah ekonomi kita jelas tidak sama dengan wajah dari sistem ekonomi sosialis yang ada di Barat yang sekuler.
“Sistem ekonomi sosialisme kita adalah sistem ekonomi sosialisme yang religius dimana bila kita bicara tentang konsep baik dan buruk serta benar dan salah dalam kehidupan ekonomi tidak hanya didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan rasio semata,” pesan Anwar Abbas.
“Tetapi rasio kita tersebut haruslah dicerahkan dan disinari dengan nilai-nilai dari ajaran agama dan dengan 4 sila lainnya,” sambungnya.
Hal ini karena menurut Anwar Abbas, yang kita cari dalam kehidupan ekonomi ini tidak hanya menyangkut kesejahteraan lahir dari rakyat saja.
“Tapi juga kesejahteraan batin mereka. Tidak hanya harta saja tapi juga berkahNya. Tidak hanya mencari kesuksesan dan keselamatan di dunia ini saja tapi juga untuk kesuksesan dan keselamatan di akhirat kelak,” jelas Anwar Abbas.
Maka jika Presiden Prabowo bisa mensubstansi konsep ekonomi papi atau dari ayahnya seperti itu, maka Anwar Abbas yakin tidak ada masalah.
“Karena memang begitulah ekonomi negara harus dikelola. Jadi bukan seperti yang kita lihat hari ini yang sangat kental warna liberalisme kapitalismenya sehingga akibatnya jumlah orang miskin masih sangat banyak dan kesenjangan sosial ekonomi di negeri ini tampak tumbuh dan berkembang semakin tajam,” ujarnya.
Dengan begitu, Anwar Abbas yakin ke depan tidak akan ada masalah karena adanya pertentangan antara kelompok miskin dan kaya atau antara penduduk asli dan penduduk non asli.
“Maka cara yang ditempuh Sumitro lewat gerakan bentengnya masih sangat relevan untuk dihidupkan kembali yaitu dengan adanya afirmatif action dari pihak pemerintah untuk membela dan mengangkat kehidupan sosial ekonomi dari masyarakat lapis bawah ke lapis tengah dan atas,” jelas Anwar Abbas.
Dengan begitu, diharapkan potret bangunan ekonomi nasional kita tidak lagi seperti piramid tapi sudah berubah menjadi seperti belah ketupat.
“Dimana pada gilirannya nanti bentuk tersebut juga akan berubah seperti bola dimana kelompok usaha mikro dan ultra mikro sudah tidak ada dan yang ada hanya kelompok usaha besar, menengah dan kecil dimana perilaku berekonomi mereka diharapkan akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945, bukan sebaliknya,” tutupnya.
Sebagai informasi, Presiden Prabowo Subianto memiliki gagasan menjalankan program ekonomi dari orang tuanya sang Begawan Ekonomi, Sumitro Djojohadikusumo yang berhaluan ekonomi sosialis.
Program yang disebut Ekonomi Papi ini dipercaya bisa membuat masyarakat lebih sejahtera di tengah kesulitan ekonomi belakangan ini.
Hal ini pernah dituturkan oleh adik dari Prabowo, Hashim Sujono Djojohadikusumo dimana kakaknya berkata bahwa kepemimpinan lima tahun ke depan menjadi momentum tepat untuk mengaplikasikan semua pemikiran sang ayah.
"Prabowo begitu bersemangat menjalankan pemikiran dan program yang sudah dicanangkan orang tua kami 50-60 tahun lalu Alm. Prof. Soemitro Djojohadikusumo. [...] Saya bisa bersaksi dan berulang kali dia katakan saya bisa jalankan cita-cita impian dari papi, sekarang waktunya bisa kita jalankan," kata Hashim dikutip tvOnenews.com di Jakarta pada Senin (28/10/2024).
Sumitro Djojohadikusumo adalah tokoh terkenal di dunia ekonomi.
Sumitro yang merupakan ayah dari Presiden Prabowo itu merupakan ekonom dan pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Semasa hidupnya, Sumitro aktif dalam berbagi gagasan visioner.
Bahkan Sumitro juga pernah menjabat menteri di era Presiden Soekarno dan Soeharto.
Sumitro tercatat dia pernah menjadi Menteri Keuangan (1952-1956), Menteri Perdagangan (1950-1951 dan 1968-1973), dan Menteri Riset (1973-1978).*put
Load more