Jakarta, tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan mengenai shalat dhuha berjamaah.
Sebagaimana diketahui, shalat dhuha adalah salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan.
Sementara waktu shalat dhuha terbentang sejak matahari terbit hingga sesaat sebelum dzuhur.
Lantas apakah shalat dhuha harus sendiri? atau boleh dilakukan berjamaah?
Mengenai shalat dhuha boleh tidak berjamaah, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengatakan saat melihat hal tersebut, Nabi Muhammad SAW tidak menegur.
“Pernah ada kasus di belakang ikut makmum, Nabi tidak menegur. Maka ulama melihat itu dibolehkannya dalam keadaan tertentu, dhuha boleh berjamaah,” jelas Ustaz Adi Hidayat (UAH).
“Misal ayah ingin melatih anak dan istri lalu diajak berjamaah atau guru ajari murid, itu tak ada perbedaan pendapat,” kata Ustaz Adi Hidayat (UAH)
Namun UAH menegaskan bahwa itu bukan berarti jadi kebiasaan.
Hal ini karena kata UAH, shalat dhuha sifatnya itu sendirian.
Maka meski dalam riwayat itu, Nabi Muhammad SAW tidak menegur saat ada yang shalat dhuha jamaah, bukan berarti itu boleh jadi kebiasaan umatnya.
“Namun bukan berarti jadi kebiasaan yang dilakukan,” pesan UAH.
Kata Ustaz Adi Hidayat (UAH), hal ini juga sama seperti shalat malam.
“Shalat malam sendirian juga tapi bukan berarti tidak boleh berjamaah,” jelas UAH.
“Dalilnya banyak yang paling populer hadits ibnu abbas di Abu Dawud. Beliau sampai nginap di rumah bibinya untuk melihat kebiasaan Nabi di malam hari kemudian beliau memviralkan, jadi kejadian baik boleh diviralkan,” sambung Ustaz Adi Hidayat (UAH).
Dalam ceramah tersebut, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa waktu shalat dhuha terbagi tiga.
Awal, pertengahan dan akhir.
Dari semua waktu tersebut, Ustaz Adi Hidayat mengatakan terdapat keutamaan yang berbeda-beda.
Awal dhuha dimulai sejak syuruq.
“Awal dhuha, tarik 1 jam setelah shalat subuh, kurang lebih 1 jam paling cepat, awal syuruq 6.30 boleh nambah 15 menit tak ada masalah,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Adapun kemuliaan yang ada di awal dhuha ini antara lain dikatakan oleh Ustaz Adi Hidayat tercantum dalam hadits At-Tirmidzi.
“Siapa menunaikan shalat subuh dengan jamaah atau di hadits lain dikatakan di masjid, lalu dia tidak langsung beranjak, dia berdzikir dulu hingga sampai tiba awal dhuha, kemudian dia shalat di awal dhuha itu, maka ia dapat pahala senilai haji dan umrah,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Waktu kedua untuk shalat dhuha yakni saat matahari naik sekitar pukul 07.30 Wib.
“Sekitar setengah delapan sampai jam 8. Itu sudah pertengahan dhuha, jika dikonversi sekarang sampai 10.30 itu pertengahan dhuha,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Jika awal dhuha bilangannya 2 rakaat, kata Ustaz Adi Hidayat pertengahan dhuha bisa sampai 4 rakaat.
“Bisa sampai empat, manfaat banyak, itu dimaksud pengganti dzikir dari seluruh tubuh. Tubuh kita kan harusnya dzikir, itu tertutupi dengan shalat dhuha 2 rakaat di pertengahan,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Keutamaan shalat dhuha di pertengahan ini kata Ustaz Adi Hidayat jika diteruskan sampai empat rakaat, maka dapat menjaga kita dari musibah umum yang mungkin terjadi.
“Misal di komplek kita banjir, rumah kita tidak kena, atau macet tapi kita tidak macet, misal ada yang arahkan atau kita dikasih kemudahan, dan lain sebagainya,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Waktu terakhir untuk shalat dhuha adalah sejak pukul 10.30 hingga adzan dzuhur.
“Sampai menjelang dzuhur dari 10.30 sampai adzan dzuhur, bisa sampai 8 rakaat,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa shalat dhuha di akhir ini dapat dilakukan hingga 8 rakaat.
“Kerjakan dua dua, kerjakan sampai 8, atau mau empat-empat juga bisa,” tandas Ustaz Adi Hidayat.
Adapun fadillah dari shalat dhuha di akhir waktu ini kata Ustaz Adi Hidayat dapat memudahkan limpahan rezeki.
Tapi bukan menarik kelimpahan rezeki sebagai modus untuk shalat dhuha ya,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Itulah penjelasan mengenai hukum shalat dhuha berjamaah dan pembagian waktunya.
Semoga kita semua dimudahkan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Disarankan bertanya langsung kepada ulama, pendakwah atau Ahli Agama Islam agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Disarankan agar menanyakan langsung kepada ulama, pendakwah atau Ahli Agama Islam, agar mendapatkan pemahaman lebih dalam.
Wallahua’lam
(put)
Load more