Jakarta, tvOnenews.com - Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah.
Kemudian, sebagaimana kebiasaan orang Arab saat itu, bayi akan dicarikan ibu susu yang tinggal di perkampungan.
Hal ini sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakit berbahaya yang ada di kota.
Halimah sang ibu susu merasa khawatir atas diri Nabi Muhammad SAW.
Sehingga Nabi Muhammad SAW dikembalikan ke pangkuan ibundanya.
Nabi Muhammad SAW dirawat oleh sang ibu hingga usianya 6 tahun.
Sirah Nabawiyah: Saat Nabi Muhammad SAW Dirawat oleh Orang-orang Tersayang (Sumber: Media Center Haji 2024)
Sebagai bentuk kesetiaannya, Aminah, ibu Rasulullah SAW memandang perlu untuk menziarahi kuburan suaminya yang ada di Yatsrib, nama Madinah kala itu.
Untuk itu, Aminah keluar dari Makkah dengan menempuh perjalanan yang mencapai 500 km bersama Nabi Muhammad SAW yang masih kecil, pembantunya, Ummu Aiman dan mertuanya, Abdul Muthalib.
Setelah tinggal selama satu bulan di Yatsrib, Aminah dan rombongan pulang ke Makkah.
Namun Aminah jatuh sakit sehingga akhirnya meninggal dunia di suatu tempat bernama al-Abwa, yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Setelah Ibunda meninggal, Nabi Muhammad SAW dirawat oleh sang kakek tersayang, Abdul Muthalib.
Sirah Nabawiyah: Saat Nabi Muhammad SAW Dirawat oleh Orang-orang Tersayang (Dok. Kemenag)
Setelah ibunya meninggal dunia, Rasulullah SAW dibawa kembali ke Makkah oleh sang kakek, Abdul Muthalib.
Perasaan kasih terhadap cucu yang sudah yatim piatu semakin bertambah.
Baru juga merasakan kasih sayang sang ibu, namun Nabi Muhammad yang masih kecil sudah harus kehilangan ibunya.
Inilah yang menimbulkan rasa iba yang amat dalam dari sang kakek.
Kakek Nabi, Abdul Muthalib tidak membiarkan cucunya hanyut dalam kesendirian.
Abdul Muthalib sangat menyayangi Nabi Muhammad SAW.
Bahkan ia lebih mementingkan Nabi Muhammad SAW daripada anak-anaknya sendiri.
Ibu Hisyam berkata, “Biasanya, sudah terhampar permadani yang dihamparkan untuk Abdul Muthalib di bawah naungan Ka’bah, lalu anak-anaknya duduk-duduk di sekitar permadani tersebut hingga ia datang, tak seorang pun dari anak-anaknya tersebut yang berani duduk-duduk di situ sebagai rasa hormat kepadanya. Namun Rasulullah SAW pernah suatu ketika saat beliau berusia sekitar dua tahun, datang dan langsung duduk di atas permadani tersebut.
Paman-pamannya sertamerta mencegahnya agar tidak mendekati tempat itu. Bila kebetulan melihat tindakan anak-anaknya itu, Abdul Muthalib berkata kepada mereka, ‘Jangan kau ganggu cucuku! Demi Allah! Sesungguhnya dia nanti akan menjadi orang yang besar!” Kemudian ia duduk-duduk bersama beliau di permadani tersebut sembari mengusap-usap punggungnya dengan tangannya. Dia, merasa senang dengan kelakuan cucunya tersebut”
Namun saat Nabi Muhammad SAW berusia 8 tahun 2 bulan 10 hari, sang kakek meninggal dunia di kota Makkah.
Sebelum meninggal, sang kakek merasa perlu menyerahkan tanggung jawab terhadap cucunya tersebut kepada anaknya yang bernama Abu Thalib.
Maka sejak itulah Nabi Muhammad SAW dirawat oleh pamannya yang bernama Abu Thalib.
Abu Thalib adalah saudara kandung dari ayah Nabi Muhammad SAW.
Sirah Nabawiyah: Saat Nabi Muhammad SAW Dirawat oleh Orang-orang Tersayang (Sumber: Istimewa)
Abu Thalib melaksanakan amanah yang diberikan oleh ayahnya.
Ia mengasuh keponakannya dengan sebaik-baiknya.
Abu Thalib juga menggabungkan Nabi Muhammad SAW dengan anak-anaknya.
Abu Thalib bahkan mendahulukan kepentingan Nabi Muhammad SAW ketimbang anak-anaknya.
Bahkan Abu Thalib mengistimewakannya dengan penghormatan dan penghargaan.
Perlakuan itu berlanjut hingga Nabi Muhammad SAW berusia di atas 40 tahun.
Abu Thalib membentangkan perlindungan terhadap Nabi Muhammad SAW, menjalin persahabatan ataupun mengobarkan permusuhan dalam rangka membela Rasul.
Itulah kisah Nabi Muhammad SAW saat berada di pangkuan orang-orang tersayangnya, ibunda, kakek dan pamannya.
Wallahu’alam
(put)
Load more