Jakarta, tvOnenews.com - Palestina adalah satu tempat penting bagi umat Muslim. Hal ini karena ada Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis.
Bagi umat Islam, Masjidil Aqsa adalah tempat suci ketiga.
Karena saat peristiwa isra mi’raj, sebelum naik ke Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW singgah terlebih dahulu di Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis.
Bahkan Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis disebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an.
Salah satu yang menyebutkan tentang Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis adalah Surah Al Isra ayat 1.
Berikut tafsir Surah Al Isra ayat 1 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Subḥānal-lażī asrā bi‘abdihī lailam minal-masjidil ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣal-lażī bāraknā ḥaulahū linuriyahū min āyātinā, innahū huwas-samī‘ul-baṣīr(u).
Artinya:
Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Kembali Mengingat Pentingnya Masjidil Aqsa dan Palestina Bagi Umat Islam, Tempat Singgah Nabi Muhammad SAW Sebelum ke Sidratul Muntaha (Sumber: pixabay/krysrianwin)
Pada akhir Surah an-Nahl mengandung pesan kepada Nabi Muhammad agar bersabar dan tidak bersedih hati disebabkan tipu daya dan penolakan orang-orang yang menentang dakwahnya.
Di saat beliau mengalami kesulitan menghadapi orang-orang kafir yang menolak dakwahnya, ayat pertama dari surah ini menyatakan bahwa beliau mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.
Di mana Allah memperjalankannya dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa dan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaranNya.
Ayat pertama ini menyatakan, Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya, yakni Nabi Muhammad pada malam hari dari Masjidil haram, yang berada di Mekah ke Masjidil Aqsa, yang berada di Palestina.
Palestina tanah yang telah Kami berkahi sekelilingnya, dengan tanahnya yang subur yang menghasilkan aneka tanaman dan buah-buahan serta menjadi tempat turunnya para nabi.
Hal itu agar kami perlihatkan kepadanya dengan mata kepala atau mata hati sebagian dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Kami.
Sesungguhnya Dia, yaitu Allah SWT adalah Maha Mendengar perkataan hamba-Nya, Maha Mengetahui tingkah laku dan perbuatannya.
Tafsir Tahlili Surat Al Isra Ayat 1
Allah SWT menyatakan kemahasucian-Nya dengan firman “subḥāna”.
Hal ini agar manusia mengakui kesucian-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak dan meyakini sifat-sifat keagungan-Nya yang tiada tara.
Ungkapan itu juga sebagai pernyataan tentang sifat kebesaran-Nya yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam, dengan perjalanan yang sangat cepat.
Allah SWT memulai firman-Nya dengan subḥāna dalam ayat ini, dan di beberapa ayat yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya dapat terlaksana karena iradah dan kekuasaan Allah SWT.
Sementara dari kata asra dapat dipahami bahwa Isra Nabi Muhammad saw terjadi di waktu malam hari, karena kata asrā dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari.
Sedangkan penyebutan lailan, dengan bentuk isim nakirah, yang berarti “malam hari”, adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isra itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa peristiwa Isra itu memang benar-benar terjadi di malam hari.
Allah SWT meng-isra-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu malam adalah waktu yang paling baik untuk beribadah kepada-Nya.
Perkataan ‘abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad saw yang telah terpilih sebagai nabi yang terakhir.
Beliau telah mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormatan kepadanya.
Dalam ayat ini namun tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Nabi Muhammad saw kembali ke tempat tinggalnya di Mekah.
Hanya saja yang diterangkan bahwa Isra Nabi Muhammad saw dimulai dari Masjidil haram, yaitu masjid yang terkenal karena Ka’bah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Maqdis.
Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti “terjauh”, karena letaknya jauh dari kota Mekah.
Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Masjidil Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya mendapat berkah Allah karena menjadi tempat turun wahyu kepada para nabi.
Tanahnya disuburkan, sehingga menjadi daerah yang makmur.
Di samping itu, masjid tersebut termasuk di antara masjid yang menjadi tempat peribadatan para nabi dan tempat tinggal mereka.
Sesudah itu, Allah menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad SAW diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya.
Tanda-tanda itu disaksikan oleh Muhammad SAW dalam perjalanannya dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman yang berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan betapa luasnya jagat raya serta alangkah Agungnya Allah Maha Pencipta.
Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad SAW itu sangat berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya, dan meyakini kebenaran wahyu Allah, baik yang telah diterima maupun yang akan diterimanya.
Kemudian di akhir ayat, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia Maha Mendengar bisikan batin para hamba-Nya dan Maha Melihat semua perbuatan mereka.
Tak ada detak jantung, ataupun gerakan tubuh dari seluruh makhluk yang ada di antara langit dan bumi ini yang lepas dari pengamatan-Nya.
Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isra, yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa di waktu malam.
Sedangkan peristiwa Mi’raj, yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surah an-Najm.
Hampir seluruh ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi setelah Nabi Muhammad diutus menjadi rasul.
Peristiwanya terjadi satu tahun sebelum hijrah.
Demikian menurut Imam az-Zuhri, Ibnu Sa’ad, dan lain-lainnya. Imam Nawawi pun memastikan demikian.
Bahkan menurut Ibnu Ḥazm, peristiwa Isra itu terjadi di bulan Rajab tahun kedua belas setelah pengangkatan Muhammad menjadi nabi. Sedangkan al-Ḥafiẓ ‘Abdul Gani al-Maqdisī memilih pendapat yang mengatakan bahwa Isra dan Mi’raj tersebut terjadi pada 27 Rajab, dengan alasan pada waktu itulah masyarakat melaksanakannya.
Itulah penjelasan mengenai tafsir Surah Al Isra ayat 1 tentang Masjidil Aqsa.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Disarankan bertanya langsung kepada Ulama, Pendakwah atau Ahli Agama Islam agar mendapatkan pemahaman yang mendalam.
Wallahu’alam
(put)
Load more