Jakarta, tvOnenews.com-Haul ke-19 KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul Martapura, Kalimantan Selatan diikuti 3,3 juta jamaah dari Indonesia dan mancanegara. "Perkiraan jumlah jamaah yang hadir mengikuti haul Guru Sekumpul yang mencapai 3,3 juta, itu kami dapat dari sejumlah provider seluler dari orang yang menggunakan HP saat acara berlangsung," ujar Ifan di Martapura, Kabupaten Banjar, Minggu malam.
Ifan menuturkan meskipun jumlah jamaah jutaan orang tetapi prosesi haul berjalan tertib dan tanpa hambatan yang berarti, serta tidak ada kejadian yang menonjol sejak awal hingga haul berakhir."Alhamdulillah, rangkaian haul Guru Sekumpul berjalan aman, tertib dan lancar tanpa hambatan berarti serta tidak ada kejadian menonjol yang mengganggu kekhusyukan jutaan jamaah yang hadir," ungkapnya.
Disebutkan Ifan, selain jamaah yang mencapai 3 juta lebih, jumlah bus dan kendaraan roda empat maupun roda dua juga cukup banyak, yakni mencapai 601 bus pada 150 titik yang tersebar di berbagai tempat.
Bagaimana prosesi haul bisa mengundang jutaan umat Islam berkumpul di Martapura? Seperti apa perjalanan dakwah Guru Sekumpul? Guru Sekumpul mulai berdakwah di Pondok Pesantren Darussalam Martapura atas saran dari KH Abdul Qadir Hasan, KH Sya’rani Arif dan KH Salim Ma’ruf. Usia lima tahun, ia membuka pengajian di kediamannya di Keraton Martapura. Pengajian ini diadakan untuk menunjang pelajaran para santri, yang diisi dengan pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat, seperti Nahwu dan Saraf.
Jelang tak berapa lama, pengajian Guru Sekumpul berkembang ke kalangan masyarakat umum, sehingga pengulangan kitab lebih bervariasi menjadi Fikih, Tasawuf, Tafsir dan Hadis. Pada kesempatan itu, Abah Guru Sekumpul juga mulai mensyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Serta mengajarkan beberapa amalan wirid, khususnya zikir Tarekat Sammaniyah kepada para jemaah.
Pada 1990-an, Abah Guru Sekumpul pindah ke komplek Ar-Raudhah yang berlokasi di Kelurahan Jawa, Kecamatan Martapura. Di komplek ini lah pengajian Abah Guru Sekumpul berpusat, terutama di Musala Ar-Raudhah yang mampu menampung ribuan jemaah.
Sejak itu, murid-murid dan tamu-tamunya berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari Negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Sebagian mereka datang untuk berguru, mencari barakahnya, hingga ingin berbaiat Tarekat Samaniyyah. Beberapa tokoh juga pernah mengunjungi Abah Guru Sekumpul termasuk Politikus Amien Rais, Presiden ke-4 RI Gus Dur, Presiden ke-5 RI Megawati, dan AA Gym.
Disamping itu, Abah Guru Sekumpul tercatat memiliki sejumlah kelebihan. Dirinya sudah menghafal Al-Quran sejak berusia 7 tahun dan tafsir al-Jalalain ketika berusia 9 tahun. Lalu, ketika ia berusia 10 tahun, ia mendapatkan khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa kasyaf hissi, yaitu melihat dan mendengar apa benar di dalam. Selain itu, ia juga memiliki karamah salah satunya tidak mengalami ihtilam atau mimpi basah layaknya remaja pada umumnya.
Banyak guru mulia yang membimbingnya menjadi sosok yang kaya akan ilmu pengetahuan. Abah Guru Sekumpul pun menghasilkan beberapa karya tulis, seperti Risalah Mubaraqah dan Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah. Lalu, ada pula Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Samman al-Madani, Nubzah fi Manaqib al-Imam al-‘Azham al-Faqih al-Muqaddam, Ar-Risalah fi Auradil Mufidah, dan Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad.
Karomah Wali
Ada kisah menarik di balik haul Abah Guru Sekumpul yang rutin digelar setiap tahunnya itu. Bergeser ke belakang, tepatnya pada haul ke-10 Abah Guru Sekumpul tahun 2015, ada rombongan dari Papua yang datang ke lokasi haul di Martapura.
Rombongan yang berjumlah puluhan itu awalnya tidak tahu siapa yang dihaulkan. Mereka tiba-tiba ditarik oleh panitia acara ke dalam makam Abah Guru Sekumpul. Mereka bingung dan banyak bertanya tentang acara haul yang dipadati jemaah itu.
Setelah tahu yang dihaulkan adalah Abah Guru Sekumpul, rombongan Papua itu langsung menangis. Mereka bilang bahwa Abah Guru Sekumpul masih mengajarkan ketauhidan di pedalaman Papua, padahal Guru Zaini telah wafat pada 10 Agustus 2005.
Kisah Abah Guru Sekumpul masih berdakwah di Papua meski sudah wafat diyakini adalah suatu karomah.
Tak suka popularitas
Abah Guru Sekumpul memang terkenal di mana-mana. Namun sebenarnya, beliau seringkali menghindari popularitas. Sebagaimana akhlak para wali Allah yang lebih menyukai khumul (tidak tenar, tidak diketahui orang lain).
Mengutip buku Figur Karismatik Abah Guru Sekumpul karya KH. M. Anshary El Kariem via Gusdurian.net, Abah Guru Sekumpul tidak suka dikenal sejak usia muda. Ia lebih suka sendiri, bepergian di hutan yang sepi.
Salah satu guru mursyidnya, Syekh Muhammad Syarwani Abdan (Guru Bangil) mengakui bahwa Abah Guru Sekumpul lebih suka khumul. “Zaini ini suka khumūl, masyarakat saja yang mempopulerkannya,” katanya kepada sang putra, KH M. Kasyful Anwar.
Abah Guru Sekumpul benar-benar ulama yang khumul. Di suatu pengajian yang dihadiri oleh puluhan ribu orang, sebagian orang mengusulkan agar pengajian disiarkan secara langsung melalui radio dan televisi agar bisa disaksikan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan. Namun, keinginannya tidak dikabulkan.
Berkat jasanya di bidang pendidikan dan dakwah, Abah Guru Sekumpul pernah akan dianugerahi gelar profesor dari salah satu perguruan tinggi. Lagi-lagi tawaran itu ditolak secara halus olehnya.
Guru Sekumpul mengembuskan napas terakhirnya pada usia 63 tahun di kediamannya sekaligus kompleks pengajian, Sekumpul Martapura pada 10 Agustus 2005. Guru Sekumpul meninggal karena komplikasi dari gagal ginjal. Sebelum wafat, Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura selama 10 hari akibat sakit yang dideritanya.(bwo)
Load more