وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ ١ وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ ٢ وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ ٣ وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ ٤ (الشمس)
Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya (gelap gulita). (asy-Syams/91: 1-4)
Dalam ayat 23 ini, siang disamakan dengan malam, yakni dengan firman-Nya, “…tidurmu di waktu malam dan siang hari.” Hal demikian itu sebagai penegasan bahwa malam, walaupun waktu yang tepat untuk tidur, tetapi tidak melarang orang mempergunakan waktu siang untuk tidur.
Pada umumnya, manusia tidur di waktu malam, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang tidur di waktu siang, atau sebahagian dari tidurnya dilaksanakan di siang hari.
Oleh karena itu, malam didahulukan penyebutannya.
Ayat ini ditutup dengan ungkapan, “Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”
Dalam ungkapan ini seruan ditujukan kepada pendengaran, bukan pancaindra yang lain.
Hal ini merupakan suatu isyarat bahwa pendengaran itu mewujudkan pengetahuan, dan juga memberi pengertian bahwa tidur di malam dan siang hari, serta berusaha mencari karunia Allah adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Hanya orang yang mempunyai pendengaran yang tajam dan peka yang dapat memperhatikan apa yang didengarnya, terutama sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan kepadanya.
Itulah tafsir Surah Ar Rum ayat 23 yang dilansir dari Kementerian Agama (Kemenag).
Semoga artikel ini bermanfaat.
Disarankan bertanya langsung kepada ulama, pendakwah, ustaz atau ahli agama Islam, agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahu’alam
(put)
Load more