tvonenews.com - Tahlilan masih dilakukan bagi sebagian masyarakat muslim, bahkan telah menjadi budaya atau ritual bila seseorang meninggal dunia.
Pada umumnya kegiatan Tahlilan diiringi doa bersama yang diselenggarakan di kediaman keluarga almarhum sebagai peringatan orang meninggal.
Selain saat setelah seseorang meninggal, Tahlilan umumnya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh. Selanjutnya akan dilakukan pada hari ke-40, ke-100, dan saat tanggal peringatan tertentu.
Masyarakat yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000 sebagian besar merupakan pengikut organisasi Islam Nahdlatul Ulama atau NU diketahui kerap melakukan budaya tahlilan.
Sedangkan pengikut organisasi Muhammadiyah jarang sekali yang diketahui melakukan budaya atau ritual tahlilan.
Bagaimana penjelasan Ustaz Adi Hidayat mengenai tradisi atau budaya Tahlilan menurut NU dan Muhammadiyah, simak informasinya berikut ini
Ustaz Adi Hidayat. (Ist)
Dilansir Rabu (26/078/23) dari tayangan YouTube channel Usman Ponorogo, Ustaz Adi Hidayat menyampaikan bahwa sebelumnya ia melakukan riset soal tahlilan dalam ilmu fikih. Menurutnya, di ilmu fiqih, budaya tahlil itu tidak jauh.
"Tahlilan misalnya. Bedanya Muhammadiyah sama NU kan harakat ya. NU pake nasob, Muhammadiyah pake rofa' ya,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
"Nasob harokatnya fathah, orang Arab itu kan kalo bilang nasoba. Jadi kalo tahlilan menggunakan metode NU, mayatnya jadi jenazah, masuk ke alam kubur (nashoba), lalu untuk memberikan fatehah dan turunannya, skemanya masukkan fatehah lewat tahlilan," terang Ustaz Adi Hidayat.
"Muhammadiyah cuma pake rofa', pas ditarik (nyawa). Makanya Muhammadiyah menggunakan rofah tahlilan, NU menggunakan nasob tahlilan," pungkas Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat juga menyampaikan bahwasanya KH Ahmad Dahlan tidak pernah mempersoalkan tentang itu. Setelah Ustaz Adi Hidayat menelusuri, ternyata yang jadi masalah bukan ilmu fiqihnya.
Permasalahannya adalah ada sebuah kasus di kalangan masyarakat yang ternyata tidak punya materi. Sehingga ia harus berhutang kepada tetangganya untuk mewujudkan itu.
"Maka kalau tak punya uang, jangan dipaksakan ke tetangganya sehingga berutang. Bukan masalah tahllilannya, cuma memang bab nya belum selesai. Kalau memang tak punya uang, kenapa Anda tidak pinjami atau berikan saja," papar Ustaz Adi Hidayat.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, ada turunan informasi dari atas yang belum tuntas sampai ke bawah. Informasi dari kalangan elit, tidak sampai ke masyarakat akar rumput, sehingga menyebabkan misinformasi.
"Qunut misalnya, di Muhammadiyah tidak ada masalah qunut. Saya belum pernah menemukan ada orang di majelis tarjih memfatwakan qunut itu bid'ah. Nda ada, kecuali wahabi," terang Ustaz Adi Hidayat. (Udn/kmr)
Load more