tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat menjelaskan cara mudah memahami metode rukyat dan hisab yang digunakan untuk menentukan penanggalan hijriyah, termasuk tanggal 1 Syawal atau Idul Fitri.
Pada dasarnya kedua metode tersebut sama-sama saling menguatkan. Terkait dengan penetapan 1 Syawal 1444 H, hilal berada dalam kondisi ijtima’ atau konjungsi pada tanggal 20 April 2023.
Dengan begitu bagi yang mempraktekkan rukyat diduga kuat akan menggenapkan bilangan bulan ramadan menjadi 30 hari karena ketetapan batas minimal hilal terlihat di Indonesia adalah 2 derajat.
Sementara mereka yang berpatokan hisab, jika hilal sudah di atas 0 derajat maka sudah pasti berganti tanggal dan bulan.
“Maka berdasarkan hitungan hisab sudah bisa ditetapkan jatuh di jumat, 21 April 2023,” terangnya.
Di Luar Indonesia, Hisab atau Rukyat?
Kaum muslimin di Eropa, Amerika, dan negara-negara lain yang tidak memiliki majelis ulama dan berorientasi pada industri, lebih condong menggunakan perhitungan hisab.
“Karena bagi mereka negara industri. Industri butuh kepastian. Kapan ini pastinya Idul Fitrinya, ramadannya kapan, sehingga bisa menata aktivitas dalam dunia bisnis dan birokrasi karena dari jauh hari sudah ketahuan,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Sementara apabila menggunakan rukyat, harus menunggu terlebih dahulu. “Sementara kan liburnya mesti pasti, kapan kerja lagi.
Namun ada banyak pula negara-negara selain Indonesia yang menggunakan metode rukyat seperti Timur Tengah.
“Jadi nggak usah dipertentangkan, ya. Jadi kalau memang akan Jumat, ya salat. Kalau sudah yakin jangan ada keraguan salat. Yang Sabtu boleh jadi menggunakan tempat yang sama, harus sama-sama difasilitasi,” kata Ustaz Adi Hidayat.
“Kalau pun Sabtu boleh, Jumat juga boleh. Yang salah bukan yang nggak salat karena hukum salat ied adalah sunnah. Yang salah itu yang berselisih dan mengikari salatnya,” tutupnya.
Load more