Jakarta, tvOnenews.com - Ustaz Abdul Somad (UAS) mengingatkan kepada seluruh umat islam agar shalat. Karena ibadah apapun, meski puasa Ramadhan tak berguna jika tak menjalankan shalat.
“Untuk apa hidup 1000 tahun kalau tak sembahyang apa gunanya? Maka Shalatlah!” tandas Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad mengingatkan kepada seluruh orang tua untuk selalu menjadikan shalat sebagai dasar dalam mencarikan jodoh untuk anaknya.
“Jika ada yang meminang seorang anak gadis, maka suruh datang saat maghrib, lihat apa dia shalat dan bisa tidak adzan. Pertama dilihat calon suami, calon menantu adalah shalat, jika ia tidak shalat maka itu pokok utama kehancuran,” kata Ustaz Abdul Somad.
Shalat adalah tiang segala ibadah. Segala ibadah yang dilakukan jika tak shalat maka kata Ustaz Abdul Somad tak akan ada perubahan yang terlihat dalam orang tersebut.
“Puasa, haji bolak balik tapi tak shalat tak akan ada perubahan, yang belum shalat, lekas taubat nasuha, lalu setelahnya perbaiki shalatmu,” katanya.
Kemudian jika sudah menjalankan shalat, maka Ustaz Abdul Somad menganjurkan umat muslim lakukan infaq dan sedekah.
“Kekayaan tak akan dibawa mati, kecuali harta-harta itu diwakafkan,” kata Ustaz Abdul Somad.
Shalat adalah ibadah paling hebat di antara semua shalat.
“Sementara di antara shalat adalah dzikir, Subhanallah wabihamdihi subhanallahhiladzim,” kata Ustaz Abdul Somad.
Maka dalam hidup yang menjadi syarat pertama adalah akidah.
“Syarat kedua ibadah, syarat ketiga akhlak,” katanya.
Perintah shalat diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isra' Mi'raj. Sebagaimana dilansir dari laman resmi NU Online, setelah melampaui Masjidil Aqsa, Nabi SAW langsung diangkat naik sampai ke langit tujuh, lalu Sidratul Muntaha dan Baitul Ma’mur.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan, pada saat peristiwa Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang dipimpinnya untuk mengerjakan shalat limap uluh kali sehari-semalam.
Nabi Muhammad SAW menerima begitu saja dan bergegas. Namun kemudian Nabi Musa AS memperingatkan bahwa umat Nabi Muhammad SAW tidak akan kuat dengan lima puluh waktu yang diberikan.
”Aku telah belajar dari pengalaman umat manusia sebelum kamu. Aku pernah mengurusi Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mitalah keringanan untuk umatmu,” ujar Nabi Musa kepada Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad kemudian kembali menghadap Allah SWT dan meminta keringanan dan ternyata dikabulkan.
Tidak lagi lima puluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Nabi Muhammad pun bergegas. Namun Nabi Musa tetap tidak yakin umat Muhammad mampu melakukan shalat sepuluh waktu itu.
”Mintalah lagi keringanan,” kata Nabi Musa AS.
Nabi Muhammad SAW lalu kembali dan akhirnya memperoleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja.
Sebenarnya Nabi Musa AS masih berkeberatan dengan lima waktu itu dan menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk kembali meminta keringanan, namun Nabi Muhammad tidak berani untuk kembali meminta keringanan kepada Allah SWT.
“Aku sudah meminta keringanan kepada Tuhanku, sampai aku malu. Kini aku sudah ridha dan pasrah,” ujar Nabi Muhammad kepada Nabi Musa AS.
Demikianlah. Shalat telah diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya sejak diturunkannya firman Allah SWT pada awal kenabian.
Masjid Al-Aqsa (ant)
Kiblat pertama umat Islam saat itu adalah Baitul Maqdis di Yerusalem. Oleh karena itu Masjid Al- Aqsa yang menjadi perebutan Israel dan Palestina merupakan salah satu tempat sangat penting posisinya dalam agama Islam.
Sekitar 13 tahun lamanya Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya shalat menghadap Baitul Maqdis, hingga akhirnya Allah memerintahkan umat Islam untuk memindahkan kiblatnya ke Ka'bah di Makkah.
Pemindahan arah kiblat ini terjadi di tengah-tengah ibadah shalat sedang berlangsung.
“Shalat Dzuhur, langsung Nabi pindahkan arah kiblat, para sahabat langsung mengikuti di Masjid Qiblatain, maka saat umrah bapak itu dibawa ke masjid Qiblatain, pindah 180 derajat,” kata Ustaz Abdul Somad.
Allah senantiasa melibatkan Masjidil Aqsa dalam setiap perkembangan ajaran-ajaran seputar Shalat. Termasuk menghadap ke Baitul Maqdis sebelum dipindahkan kiblatnya ke Ka'bah.
Dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Imam Syafi'i menyatakan,
"Saya sangat suka beri'tikaf di Masjid (Baitul Maqdis), lebih dari Masjid manapun."
Ketika ditanya alasannya, Beliau menjawab, "Di sinilah tempat berkumpul dan dikuburkannya beberapa Nabi Allah."
Wallahua’lam
Load more