Menengok Langgar Tua di Semarang yang Dibangun Tahun 1815, Masih Asli Sampai Sekarang
- Teguh Joko Sutrisno/tvOne
Ia dikenal sebagai tuan tanah yang memiliki banyak rumah dan toko di Semarang. Ia juga punya usaha di bidang perdagangan kulit, hasil bumi, dan lain-lain.
Saat itu pekerjanya tinggal di sekitar gudang dan pabrik milik Tasripin. Lama-lama menjadi pemukiman padat hingga sekarang.
"Makanya di sini ada Kampung Kulitan yang dulu merupakan pabrik dan gudang kulit milik Pak Tasripin. Waktu itu banyak pekerja yang butuh tempat sholat, maka Pak Tasripin membuat langgar yang sekarang namanya mushola. Dulu Mushola Al Mutaqien, sekarang diganti Mushola Al Yahya," jelas Sugito.
Saat masuk bagian dalam, tvOnenews.com melihat daun pintu berukuran tinggi lebih dari 2 meter, dihiasi ukiran pada bagian ujungnya.
Ketuaan kayunya bisa dilihat dari bagian pinggir pintu yang tergerus dan aus berkerut.
Kemudian daun jendela terpasang dobel, pada bagian daun jendela dalam dipasang kaca patri warna warni.
Kaca ini menjadi ciri khas pada bangunan tua yang ada di Semarang.
Pada ruang imam, temboknya dilapis porselen tua. Di depannya ada tangga kayu yang nyaris tegak lurus, terhubung dengan rongga atap.
Tangga ini dipakai saat takmir masjid akan memperbaiki pengeras suara maupun perbaikan genteng dan lain-lain.
"Di sini semua mengandalkan amal dari warga maupun yang datang ke mushola lewat kotak amal maupun donatur langsung. Tentu beda dengan masjid, ini mushola kecil jadi yang kita semampunya merawat langgar bersejarah ini," kata Sugito.
Di bulan Ramadhan, mushola digunakan untuk berbagai kegiatan seperti shalat tarawih, tadarusan, berbuka puasa, dan malam takbiran.(tjs/muu)
Load more