“Modalnya nekat aja,” ujar Riswardi saat ditanya bagaimana persiapan mengikuti MTQ tersebut. Dia sendiri sangat mendukung lomba yang dilakukan tersebut apalagi diumur yang sudah kepala lima, baru kali ini dia ikut lomba membaca Alquran.
“Latihan khusus tidak ada, tapi kan setiap hari kita rutin baca Alquran di kamar masing-masing dan Insha Allah nanti bisa membaca dengan lancar pas di mimbar. Soal irama, yang penting enak didengar,” tutur Riswardi percaya diri.
Kepala Rutan Anak Aia, Muhammad Mehdi menyebutkan, selama pesantren Ramadhan ini juga digelar lomba MTQ, Tahfis Qur’an, Lomba Ceramah dan Lomba Memandikan Jenazah. Materi lomba yang digelar tersebut memang disamakan dengan kurikulum pesantren Ramadhan yang mereka jalankan.
“Kita setiap tahun menggelar Pesantren Ramadhan dengan jumlah rata-rata santrinya 200 orang warga binaan. Dalam pelaksanaan pesantren tersebut kita isi dengan lomba MTQ dan lomba lainnya dengan materi lomba sama dengan materi pesantren,” ujar Mehdi lagi.
Sementara untuk peserta bebas dari blok tahanan mana saja tanpa membedakan kasus yang mereka hadapi. Sistemnya, petugas Rutan mengumumkan adanya perlombaan, nanti warga binaan tinggal mendaftar melalui petugas sesuai lomba yang mereka ikuti.
“kita keluarkan pengumuman, dan nanti tinggal warga kita (warga binaan) mendaftar sesuai materi lomba yang diikuti, dan itu bebas. Alhamdulillah, antusia mereka sangat luar biasa untuk mengikuti lomba tersebut, lihat saja didalam masjid ini, penuh kan dengan peserta,” ujar Mehdi semangat.
Untuk penyelenggaraan pesantren maupun MTQ, langsung dikerjakan oleh Sub Seksi Pelayanan Tahanan yang bekerjasama dengan pengurus masjid Baitul Anshar. Tak ketinggalan, justru yang makin menambah luar biasanya lomba ini, dewan hakim MTQ juga berasal dari warga binaan itu sendiri. (Yud/Fhr)
Load more