Lebih lanjut Rusdi menceritakan, meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, ada beberapa bagian yang tetap dipertahankan di masjid tersebut.
Beberapa di antaranya meriam peninggalan Belanda di depan masjid, bedug hadiah dari Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang tetap disimpan sampai sekarang, hingga kitab-kitab peninggalan sejak dahulu dari berbagai bahasa yang disimpan di perpustakaan masjid.
"Yang paling dipertahankan di masjid ini adalah meriam Belanda di depan yang masih ada sampai sekarang, karena dulu kan belum ada sirine masjid seperti zaman sekarang, itu digunakan buat peringatan buka puasa. Kalau sekarang hanya dibuat pajangan. Lalu, ada bedug kecil, dari 1988 dan sumur tua sedalam 20 meter yang tetap digunakan sampai saat ini," ucap Rusdi.
Rusdi mengungkapkan, Masjid Jami Al-Anwar bukan hanya menjadi masjid tertua di Lampung dan tempat bagi masyarakat untuk belajar mengaji sejak zaman dahulu, tetapi juga menjadi markas para pejuang kemerdekaan di Lampung.
Masjid Jami Al-Anwar ini selalu menjadi tempat para pejuang kemerdekaan bersama dengan para ulama mengatur strategi perjuangan seusai shalat dan mengaji.
"Selama masa penjajahan kolonial, masjid ini sangat berperan penting. Masjid Jami Al-Anwar menjadi lokasi untuk berkumpul dan berdiskusi oleh para ulama dan masyarakat untuk menyusun strategi perjuangan," kata Rusdi. (puj/muu)
Load more