Lebih lanjut Paisah mengatakan, jika masyarakat mencari serabi klasik biasanya hanya dibuat pada bulan Syaban.
"Jadi serabi itu hanya dibuat selama tiga hari, tanggal 14 sampai 16 Syaban. Selain itu juga ada ritualnya, yakni ada arak-arakan dari Palagan hingga ke Kali Condong. Mereka lalu melarung bajunya, tujuannya agar gampang mendapat jodoh," imbuh Paisah.
Menurut Paisah, untuk membuat serabi klasik diperlukan benerapa proses yang tidak berbeda dengan serabi pada umumnya. Diawali dengan merendam beras dan kemudian ditumbuk bersama kelapa.
" Kemudian pakai ayakan dihaluskan, lalu diadoni dengan tepung sampai melembung, kasih air hangat, dan siap dibuat serabi. Serabi klasik hanya ada dua pilihan rasa, yang coklat pakai gula aren dan putih rasa gurih. Namun kalau ada permintaan khusus, bisa saya buatkan yang dicampur telur ayam kampung," jelasnya.
Awal mula srabi ngampin mulai dijual warga pada tahun 1987, beberapa orang mulai menjual serabi setiap hari.
" Itu pertama diawali bu Rusmi, Yahmi, Suliyem, Rukinem, dan Suni. Ternyata itu mulai ramai dan laku meski dijual setiap hari," katanya.
Kemudian pada tahun 1988 dan 1989 mulai berkembang saat mereka mendapat pembinaan dari Himpunan Wanita Karya untuk pengemasan dan pemasaran. Selain itu mereka juga dibuatkan 27 kios.
Load more