Wastra dan Kriya Indonesia Maju ke Panggung Global: Merawat Akar, Membuka Jalan Baru
- Sri Gustina Hasan
Jakarta, tvOnenews.com - Meet The Makers kembali membuka ruang bagi ekosistem kriya Nusantara dengan menghadirkan rangkaian pameran, dialog budaya, serta program edukasi yang mempertemukan tradisi dengan inovasi. Gelaran ini menjadi momentum penting bagi para seniman, perajin, desainer, dan advokat kriya untuk memperkuat posisi kriya sebagai karya seni, bukan sekadar komoditas.
Sebagai kolektif yang telah konsisten bertahun-tahun mendukung artisan lokal, Meet The Makers berupaya memastikan bahwa pengetahuan, teknik, dan filosofi yang diwariskan secara turun-temurun tetap hidup dan berkembang. Di tengah tantangan ekonomi global serta dampak pandemi yang masih dirasakan banyak perajin, gerakan ini menjadi penopang agar tradisi dapat terus berlanjut dan tetap relevan bagi generasi mendatang.
Gelaran ke-18 ini melibatkan mitra pendukung dari sektor sosial dan budaya, serta menghadirkan 11 artisan dari berbagai daerah. Mereka mewakili identitas dan karakter kriya yang berbeda, mulai dari wastra tradisional hingga desain kontemporer yang memadukan cerita leluhur dengan pendekatan modern. Keberagaman ini menunjukkan bahwa kriya Indonesia bukan hanya warisan, tetapi juga ruang eksplorasi kreatif yang dinamis.
Pameran berlangsung di Mitra Hadiprana, Kemang, Jakarta pada 29 November hingga 4 Desember 2025. Dalam enam hari penyelenggaraan, publik dapat menyaksikan perjalanan panjang kriya—dari proses penciptaan hingga makna yang terkandung di balik setiap motif, teknik, dan material.
Salah satu pengisi pameran menegaskan bahwa semangat pelestarian budaya berangkat dari cinta terhadap tradisi. Ia menuturkan bahwa di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur, masyarakat tetap menanam kapas dan memintalnya menjadi benang meskipun kondisi alam tidak selalu mendukung. Prosesnya memakan waktu, dilakukan dengan tangan, dan penuh keuletan. Hal ini menjadi simbol bahwa kriya bukan hanya produk, tetapi juga napas identitas dan ekspresi hidup masyarakat.
Tidak hanya menghadirkan pameran, Meet The Makers juga menyelenggarakan rangkaian kegiatan edukasi. Para peserta akan terlibat dalam sesi artist talk, demonstrasi teknik, hingga interaksi langsung dengan audiens dari Indonesia maupun mancanegara. Program lintas negara ini menjadi bukti bahwa kriya Indonesia memiliki posisi penting dalam percakapan global mengenai budaya, keberlanjutan, dan desain.
Tahun ini, Meet The Makers mengangkat tema “Roots and Routes”. Tema tersebut menggambarkan dua tujuan besar: merawat akar budaya Indonesia, sekaligus membuka jalur kolaborasi serta wacana baru bagi perkembangan seni kriya. Melalui tema ini, penyelenggara ingin menegaskan bahwa tradisi bukan untuk disimpan dalam masa lalu, tetapi harus diberi ruang untuk bertumbuh, berevolusi, dan membentuk masa depan.
Tema tersebut juga menyoroti peran penting perempuan dalam dunia kriya Indonesia. Banyak teknik wastra dan kerajinan tradisional lahir dari tangan perempuan—membentuk identitas dan sistem sosial dalam komunitas adat. Dengan memberi ruang bagi suara perempuan artisan, program ini sekaligus memperkuat keberlanjutan ekosistem kreatif berbasis budaya.
Meet The Makers melibatkan seniman tradisi maupun kontemporer yang memiliki komitmen serupa: merawat warisan budaya sambil membuka peluang baru agar kriya tetap diterima dan dihargai secara lebih luas. Mereka hadir dengan visi bahwa kriya Indonesia tidak hanya layak disimpan dalam museum atau dikenang dalam sejarah, tetapi juga dikenakan, dipakai, dan diapresiasi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat modern.
Gelaran ini menjadi pengingat bahwa keberlanjutan budaya tidak dapat berjalan sendiri. Dibutuhkan ekosistem yang saling menguatkan: kreator, komunitas, pembeli, institusi, serta ruang kolaborasi yang membuka dialog antara tradisi dan inovasi.
Dengan arah yang jelas dan komitmen bersama, Meet The Makers kembali menegaskan bahwa kriya Nusantara bukan sekadar warisan, tetapi masa depan yang sedang dibangun. (nsp)
Load more