Kisah Masa Muda DN Aidit Jauh sebelum Mengenal PKI, Dibesarkan di Belitung dengan Keluarga yang...
- ist
Jakarta, tvOnenews.com – Nama DN Aidit tak bisa dipisahkan dari sejarah kelam Partai Komunis Indonesia (PKI). Sosoknya kerap dikaitkan dengan peristiwa berdarah G30S 1965 yang menewaskan sejumlah perwira tinggi TNI AD.
Namun jauh sebelum dikenal sebagai tokoh kontroversial, kehidupan masa muda DN Aidit di kampung halamannya, Belitung, ternyata berbeda jauh dari citranya saat dewasa.
Lahir pada 30 Juli 1923 di Jalan Belantu 3, Pangkallalang, Belitung dengan nama Achmad Aidit, ia merupakan anak pertama dari pasangan Abdullah Aidit dan Mailan.
- YouTube Indonesia Insider
Â
Belakangan, namanya berganti menjadi Dipa Nusantara Aidit, nama yang lebih dikenal hingga kini.
Dalam buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara (2010) dijelaskan, DN Aidit tumbuh dalam keluarga religius. Ayahnya merupakan tokoh pendidikan Islam di Belitung. Sejak kecil, ia dan adik-adiknya terbiasa belajar mengaji sepulang sekolah.
Tak hanya itu, DN Aidit juga dikenal sebagai muazin di lingkungannya. Karena pada masa itu belum ada pengeras suara, ia dipilih untuk mengumandangkan azan lantaran memiliki suara keras.
Selain taat beribadah, Aidit muda dikenal supel dan mudah bergaul. Ia bahkan pernah bergabung dengan kelompok remaja yang disebut Geng Kampung, bersama adik-adiknya.
- Common Wiki
Â
Geng tersebut merupakan kumpulan anak-anak pribumi Belitung, yang kala itu sering bersaing dengan kelompok lain seperti geng anak-anak polisi (geng tangsi).
Sebagai anak sulung, DN Aidit berperan sebagai pelindung adik-adiknya. Namun, ia bukan tipe yang langsung main tangan.
Ketika adiknya, Murad, berseteru dengan anak geng lain, Aidit lebih dulu memastikan lawan sebanding sebelum menyuruh adiknya menghadapi sendiri. Ia baru turun tangan jika lawannya dianggap terlalu kuat.
Tak hanya melindungi dari perkelahian, Aidit juga kerap membela adik-adiknya dari sikap keras sang ayah. Salah satunya ketika Basri, adiknya, dituduh ceroboh karena melepas 15 ekor itik keluarga.
DN Aidit mengaku sebagai pelaku dan berusaha mencari itik-itik tersebut hingga menjelang Magrib, demi melindungi adiknya dari amarah sang ayah.
Load more