Mengenal Lebih Dalam DN Aidit, Sosok yang Sering Disebut dalam G30S PKI Ini Ternyata Dikenal sebagai Tukang Adzan Semasa Kecilnya
- YouTube Indonesia Insider
tvOnenews.com - Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit menjadi tokoh yang paling diingat ketika membahas G30S PKI pada 30 September 1965.
Namun siapa sangka, DN Aidit ternyata merupakan sosok yang dikenal sebagai tukang adzan semasa kecilnya oleh warga di kampung halaman.
Mari kita kenal lebih dalam sosok DN Aidit, tokoh yang disebut terlibat dalam G30S PKI.
Lahir di Belitung, 30 Juli 1923, DN Aidit kecil besar dengan nama Achmad Aidit. Ia berasal dari keluarga yang cukup religius yaitu pasangan Haji Ismail dan Mailan.
Haji Ismail merupakan tokoh agama di kampungnya sedangkan kakek dari pihak ibu yang bernama Ki Agus Haji Abdul Rachman merupakan keturunan ningrat.
Dibesarkan dari keluarga taat agama, Achmad Aidit cukup terkenal dengan lantunan adzan yang merdu. Hal ini diakui oleh sang adik, Murad Aidit.
Bukan cuma itu, DN Aidit kabarnya pernah beberapa kali khatam Al-Qur'an hingga rajin shalat, ibadah yang sebetulnya wajib dilaksanakan oleh pemeluk Islam.
Akan tetapi, semua berubah ketika DN Aidit pindah ke Jakarta. Ayahnya yang menjabat anggota DPRD dari Partai Masyumi menyekolahkannya ke ibu kota.
Di Jakarta, pemikiran DN Aidit mulai berkembang. Ia gabung ke pergerakan Persatuan Timur Muda dan menjadi pemimpinnya.
Dari sini jugalah nama Achmad Aidit pemberian orang tuanya dia ganti menjadi Dipa Nusantara Aidit atau kita kenal sekarang dengan DN Aidit.
Ketertarikan DN Aidit dengan Ideologi Komunis
DN Aidit mulai tertarik dengan ideologi komunis ketika dia mempelajari teori politik Marxis, di mana aliran itu menghapus sistem kelas di antara bangsa Indonesia.
Untuk memperdalam keyakinannya terhadap ideologi komunis, DN Aidit belajar kepada tokoh-tokoh senior panutannya yaitu Widarta dan Wikana.
Kiprah DN Aidit kemudian berlanjut saat dirinya diminta menjadi penerjemah manifesto komunis ke bahasa Indonesia bersama Njoto dan Lukman.
Saat pemberontakan PKI Madiun 1948 pecah, DN Aidit dan tokoh muda lainnya memulai perjuangan secara diam-diam. Perlahan, ia mengambil alih tampuk kekuasaan.
Puncaknya dalam kongres PKI ke-V, DN Aidit terpilih sebagai Ketua Comite Central (CC-PKI) setelah sebelumnya mengemban jabatan sekretaris jenderal.
Setelah naik ke jabatan tertinggi PKI, DN Aidit langsung mengubah tatanan politik partai. Mulai dari sistem pengkaderan hingga pendidikan para kadernya.
Tak perlu waktu lama, DN Aidit berhasil memobilisasi dukungan masyarakat dari berbagai lapisan salah satunya kelas bawah melalui program-program yang disusun PKI.
Manuver DN Aidit kian terlihat. Mulai dari mengubah kiblat PKI ke China, membawa anggotanya masuk parlemen, hingga ide Nasakom Soekarno jadi buktinya.
Bahkan, PKI di bawah DN Aidit menjadi partai komunis terbesar ketiga dunia saat itu setelah Rusia dan China. Tak heran jika mereka menuai simpati dari masyarakat.
- YouTube Indonesia Insider
Dalam Pemilu 1955, PKI menjadi partai keempat yang paling banyak dipilih yakni 3,5 juta suara. Aidit juga sempat menjabat sebagai Wakil Ketua MPRS di Kabinet Kerja III
Kendati demikian, citra PKI tercoreng setelah meletusnya G30S PKI. DN Aidit yang menjabat sebagai ketua partai langsung dicurigai oleh Angkatan Darat.
Masih menjadi misteri apakah DN Aidit terlibat dalam G30S PKI. Rekan-rekannya mengeklaim bahwa sang comrade dijebak oleh pihak lain atas pemberontakan ini.
Hingga akhirnya DN Aidit ditangkap pada 22 November 1965 di Boyolali, Jawa Tengah. Saat itu, ia hendak melakukan perjalanan ke Yogyakarta.
Pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Yasir Hadibroto kemudian menembak mati DN Aidit di sebuah sumur tua yang lokasinya masih belum diketahui sampai sekarang.
(han)
Load more