Tips Jadi Investor Pemula: Belajar dari Generasi Muda Soal Saham Perbankan Masih Jadi Pilihan Favorit di 2025
- Istockphoto
tvOnenews.com – Dunia saham atau pasar modal Indonesia kini menjadi salah satu magnet bagi anak muda yang ingin membangun kekayaan jangka panjang. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah investor pasar modal hingga akhir 2024 sudah menembus lebih dari 12 juta.
Menariknya, hampir 60% di antaranya berasal dari kelompok milenial dan Gen Z. Lonjakan ini menunjukkan bahwa investasi saham bukan lagi hal yang asing, melainkan bagian dari tren finansial baru.
Kondisi ini juga sejalan dengan perkembangan teknologi digital. Aplikasi investasi yang mudah diakses lewat ponsel membuat siapa saja bisa membeli saham mulai dari nominal kecil.
Misalnya, cukup dengan modal Rp100 ribu, investor sudah bisa menempatkan dana di emiten besar yang sebelumnya hanya terjangkau bagi kalangan bermodal besar. Hal ini membuka jalan bagi anak muda untuk berlatih disiplin dan menanamkan pola pikir jangka panjang dalam mengelola keuangan.
Jika dilihat dari sisi kinerja, saham big caps di sektor perbankan masih menjadi pilihan favorit. Bank-bank besar terbukti memiliki fundamental kuat dan konsisten memberikan return jangka panjang. Saham Bank Central Asia (BBCA), misalnya, menjadi salah satu yang paling diminati karena dianggap stabil sekaligus prospektif.
Tak heran, banyak investor, termasuk dari generasi muda, memilihnya sebagai portofolio utama. Bagi pemula, tren ini bisa menjadi contoh bahwa memilih perusahaan dengan basis kuat lebih aman dibanding sekadar ikut-ikutan tren sesaat.
Fenomena ini juga diperkuat dengan kisah inspiratif dari beberapa investor muda yang berhasil mengelola portofolio besar di usia relatif belia. Salah satu contohnya adalah Timothy Ronald, yang punya kepemilikan mencapai 11 juta lembar saham Bank Central Asia (BBCA), dan disebut sebagai “Warren Buffett Indonesia.”
Belajar investasi sejak usia 14 tahun dengan membaca buku-buku klasik seperti The Intelligent Investor karya Benjamin Graham. Prinsip yang ia pegang sederhana: melihat saham sebagai kepemilikan perusahaan, bukan sekadar angka. Filosofi ini terbukti membuatnya mampu bertahan dan berkembang di pasar modal.
Lebih dari sekadar angka, kisah ini menjadi pengingat penting bahwa investasi membutuhkan kesabaran, disiplin, dan perspektif jangka panjang.
“Investasi bukan hanya soal mengejar keuntungan cepat. Jika hasilnya keuntungan, itu hanyalah buah dari prinsip yang dijalankan dengan konsisten. Investasi adalah tentang kesabaran dan disiplin jangka panjang. Jika hasilnya adalah keuntungan, maka itu hanyalah buah dari prinsip yang benar dijalankan dengan konsisten.” ujarnya.
Pesan ini sejalan dengan semangat yang kini banyak digaungkan: generasi muda sebaiknya tidak hanya mengandalkan tabungan, tetapi juga mengalokasikan sebagian dana untuk investasi produktif.
Tren anak muda yang berani masuk pasar modal membawa dampak positif. Selain menumbuhkan literasi keuangan, hal ini juga memperkuat basis investor domestik.
Dengan jumlah yang semakin besar, investor lokal berpotensi menjaga stabilitas pasar saham Indonesia di masa depan. Bagi mereka yang baru ingin memulai, strategi yang bisa dicontoh adalah menempatkan investasi pada perusahaan dengan reputasi kuat dan kinerja stabil, sambil tetap memperdalam literasi finansial. Gimana, tertarik untuk jadi investor muda Indonesia? (udn)
Load more