Batik Lokal Naik Kelas, UMK Buktikan Batik Bisa Jadi Ladang Cuan di Gelar Batik Nusantara 2025
- Istockphoto
tvOnenews.com - Batik bukan sekadar kain bermotif, namun sebagai representasi luhur warisan budaya bangsa Indonesia yang telah mendunia.
Motifnya yang kaya akan filosofi mencerminkan nilai-nilai kehidupan, religi, dan sosial yang diwariskan lintas generasi.
Sejak 2009, UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia, yang memperkuat legitimasi batik sebagai simbol identitas nasional.
Lebih dari sekadar warisan budaya, batik juga merupakan seni rupa yang mengandalkan ketekunan dan kejelian tangan manusia.
Proses pembuatannya yang melibatkan teknik tulis, cap, maupun kombinasi keduanya menjadikan batik sebagai produk seni bernilai tinggi.
Keindahan serta keunikan tiap helai kain batik menjadikannya tak lekang oleh zaman dan mampu bersaing di panggung mode dunia.
Selain nilai budayanya, batik juga menjadi penopang ekonomi rakyat, khususnya bagi sektor usaha mikro dan kecil (UMK).
Batik Solo, Pekalongan, Cirebon, dan Lasem adalah beberapa jenis batik yang telah menembus pasar internasional berkat ciri khas dan keindahan motifnya.
Bahkan batik-batik kontemporer dari generasi muda juga mulai diminati pasar global karena mampu menyelaraskan antara nilai tradisi dan tren modern.
Dalam rangka mendukung eksistensi batik di era industri kreatif, Pelindo sukses membina tujuh pelaku UMK batik yang berpartisipasi di ajang Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025.
Acara yang digelar di Pasaraya Blok M, Jakarta, pada 30 Juli hingga 3 Agustus 2025 itu membukukan transaksi fantastis sebesar Rp 250 juta dari penjualan lebih dari 300 helai batik eksklusif.
Hasil ini membuktikan bahwa batik lokal masih sangat diminati, terutama ketika dikemas dalam konsep gaya hidup modern.
Dengan mengangkat tema “Bangga Berbatik”, GBN 2025 menegaskan bahwa batik bukan hanya warisan budaya, tetapi juga produk industri kreatif dengan potensi besar di pasar global.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, dan melibatkan lebih dari 200 pelaku UMK batik dan kuliner dari seluruh Nusantara.
Dukungan dari berbagai pihak pun turut menguatkan posisi batik sebagai bagian integral dari pertumbuhan ekonomi kreatif nasional.
“Capaian ini menunjukkan potensi besar UMK batik lokal jika mendapat akses pasar yang tepat,” ungkap Ali Sodikin, Selasa (5/8).
- tim tvOnenews
Tujuh UMK binaan yang berpartisipasi dalam GBN 2025 adalah Zhafran Batik, Guesbaesakung, Batik Saputri, Batik Koja, Batik Lavega, Batik Dewi Arum, dan Reffa Galery.
“Kinerja UMK binaan menunjukkan kontribusi korporasi dalam mendorong pertumbuhan sektor riil, khususnya industri berbasis warisan budaya,” tambah Ali.
Keikutsertaan mereka tidak hanya memperluas jaringan pasar, tapi juga meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun internasional.
Tak sekadar memberikan pelatihan, tapi juga menjamin akses promosi, jejaring bisnis, dan kolaborasi lintas sektor untuk mendorong UMKM naik kelas.
Salah satu bintang dalam ajang GBN 2025 adalah Batik Merawit dari Cirebon, yang telah memperoleh sertifikasi Indikasi Geografis, menjadikannya memiliki nilai tambah dari aspek legalitas, orisinalitas, serta potensi ekspor.
Melalui ajang ini, batik tidak hanya berbicara soal motif dan tradisi, tapi juga menjadi bukti nyata bahwa ekonomi kerakyatan bisa berdaulat melalui kreativitas lokal yang mendunia. (udn)
Load more