Ragnar Oratmangoen Tak Habis Pikir sama Budaya Belanda, Negara Maju tapi Buatnya Tak Nyaman karena...
- Facebook FCV Dender
Jakarta, tvOnenews.com- Tak pernah disangka oleh pemain Timnas Indonesia Ragnar Oratmangoen yang lahir di negara maju, Belanda tapi ada hal buatnya tidak nyaman.
Ragnar Oratmangoen atau disapa Wak Haji ini pernah membagikan kisahnya hidup di Belanda. Benar saja, ternyata ada budaya yang ia sayangkan hingga merasa tak nyaman lama di sana.
- Facebook FCV Dender
Ragnar Oratmangoen merupakan sosok pemain Timnas yang murah senyum ini sangat mudah dikenali.
Ada hal menarik dari dirinya yang sebagai pemain naturalisasi. Ia juga pernah menjelaskan seputar rasanya bermain di Timnas Indonesia.
Rasa setelah sudah masuk ke Timnas Indonesia, hal inilah yang jadi menarik, karena buka-bukaan soal perasaannya tinggal di Indonesia.
Wak Haji ini lantang katakan 'bebas' itu yang terlintas dalam benaknya. Tentunya, ini pengakuan tak terduga dari Pemain naturalisasi ini.
Makna perasaan bebas pernah disampaikan pemain mualaf ini, jika ia bandingkan kenyamanan tinggal di Belanda dan Indonesia sangatlah berbeda.
Sebagaimana diketahui, banyak hal menarik dari Ragnar Oratmangoen, salah satunya ia pemain mualaf.
- FCV Dender
Padahal ia lahir dari keluarga besar non-muslim, nasrani. Tentunya, keputusan mualaf bukan perkara mudah.
Semua Ragnar sampaikan dalam satu momen wawancaranya di YouTube Soccer77 waktu lalu, dikutip Senin (4/8).
"Indonesia mayoritas beragama islam, dan bagaimana pandangan kamu jika dibandingkan dengan eropa yang cukup bebas?," tanya Mamat.
Sehubungan dengan ini, Ragnar Oratmangoen merasa lebih nyaman dan menyenangkan di Indonesia karena tingkat toleransi tinggi. Masyarakat tidak mudah menghakimi 'judge'.
Wak Haji mengaku bisa bebas punya pilihan tanpa terbebani oleh frame 'judge' orang lain.
"Sebenarnya tidak begitu sulit di Belanda. Namun kamu tidak akan sebebas yang diinginkan," jawab Ragnar Oratmangoen.
"Sebab mereka orang Belanda sangat mudah men-judge (menghakimi) orang lain, berbeda dengan saya Indonesia," jelas Wak Haji.
Wak Haji mengaku adanya rasa 'bebas' dalam mendengarkan panggilan shalat (adzan). Menurutnya, kapanpun bisa mendengarnya.
Load more