Gara-gara Pernah Ada Aturan Larangan Atlet Berhijab, Megawati Hangestri Bisa Batal Gabung Klub Turki Manisa BBSK? Begini Faktanya
- Instagram @megawatihangestrip
tvOnenews.com - Meski telah diumumkan sebagai rekrutan terbaru klub Manisa BBSK, namun kepindahan Megawati Hangestri ke liga Turki justru sedikit diragukan.
Pasalnya, pemerintah Turki pernah membuat aturan larangan bagi setiap atlet untuk mengenakan hijab dalam seluruh cabang olahraga di negaranya.
Megawati Hangestri langsung dihantam dua kabar gembira secara berturut-turut. Setelah dipersunting Dio Novandra, ia juga dipastikan main di Eropa musim depan.
Yakni Manisa BBSK, kontestan kasta kedua liga Turki jadi tim Eropa yang memenangkan perburuan terhadap Megawati Hangestri setelah diincar banyak klub.
Manisa BBSK bahkan cukup bersemangat mengumumkan kedatangan Megawati Hangestri yang diunggah di media sosial klub berbarengan dengan hari bahagia Mega.
“Selamat datang Megawati Hangestri Pertiwi!,“ tulis akun X klub @manisabbsk, Jumat (4/7/2025).
“Klub Bola Voli Manisa BBSK baru-baru ini mencapai kesepakatan dengan Megawati Hangestri Pertiwi, yang bermain untuk Daejeon Red Sparks di V-League Korea Selatan, untuk musim mendatang,” lanjutnya.
Setelahnya, sambutan hangat langsung diberikan oleh volimania Turki. Bahkan sebagian dari mereka menganggap Mega seharusnya bisa tembus ke level atas.
Namun tetap saja, suara miring menyertai kepindahan Megawati Hangestri ke Manisa BBSK. Hal ini sempat jadi perdebatan sengit di kalangan netizen Turki.
Pasalnya, ada sebagian warga Turki yang menolak kedatangan Megawati Hangestri. Asal usulnya, karena Megatron bakal bermain mengenakan hijab.
Maka dari itu, muncul pertanyaan apakah benar di Turki, ada larangan bagi atlet untuk bermain mengenakan hijab seperti Megawati Hangestri?
Sejak Republik Turki didirikan oleh Mustafa Kemal Attaturk pada 1924, negara tersebut menganut prinsip sekularisme, di mana agama dipisahkan dari negara.
Salah satu contohnya ialah pelarangan bagi warganya memakai hijab. Kebijakan itu jelas menuai protes karena 96 persen orang Turki beragama Islam.
Lebih detailnya lagi, aturan tersebut mulai menyasar ke bidang olahraga. Mulanya, larangan berjilbab untuk atlet diterapkan di seluruh universitas pada 1997.
Namun pada 2008, terjadilah amandemen konstitusi Turki. Salah satunya pelonggaran aturan tersebut dengan catatan memakai hijab sampai menutupi leher masih dibatasi.
Load more